Oleh : Ahmad Muchlish Amrin
Hijab merupakan pengertian lain dari jilbab (Arab), kerudung (Indonesia), Chador (Iran), Pardeh (India dan Pakistan), Abaya (Irak), dan jubelan istilah lain dari berbagai negara yang tentu substansinya sama, yakni menutup aurat. Hijab merupakan istilah yang digunakan oleh peranakan Arab-Afrika, Yaman, dll.
Tulisan ini tidak akan membahas tutorial memakai hijab, apalagi memberikan pilihan paling syar’ie atau bahkan menyodorkan produk “hijab” layaknya iklan. Tidak. Tulisan ini ingin membuka tabir kebekuan ilmiah dalam kacamata sastra, sosial, dan budaya, perihal substansi menutup aurat bagi perempuan, yang selama ini seolah-olah jika tidak memakai “hijab” atau “jilbab” adalah bagian dari asfala saafiliin (berada di kerak neraka).
Budayawan Emha
Ainun Nadjib yang akrab disapa Cak Nun secara khusus menerbitkan antologi puisi
berjudul Lautan Jilbab. Pada tahun 1988, Cak Nun mengadakan pentas
keliling dengan judul yang sama, seolah-olah ingin menyodorkan terminologi
subtantif jilbab yang seharusnya dipahami oleh mayoritas wanita Muslim di
dunia. Bedanya, Cak Nun tidak membawa produk jilbab untuk dijual sebagaimana
para pejuang hijab syar’ie belakangan ini.
Dalam salah
satu puisinya, Cak Nun berkumandang:
Ribuan jilbab berwajah cinta
membungkus rambut
tumbuh sampai ujung kakinya
karena hakekat cahaya Allah
lalah terbungkus di selubung rahasia.
Bagaimana kita memaknai jilbab berwajah cinta? Jilbab adalah simbol
kehormatan bagi wanita. Jilbab adalah benda metaforis yang dapat dimaknai
sebagai cara wanita melindungi dirinya dari tebaran mata. Tentu mata yang juga
metaforis. Akan tetapi, meskipun wanita punya cara melindungi dirinya dengan
ketat melalui jilbab, wanita tetap punya cara untuk “menebar cinta”, kasih
sayang, dan keharmonisan dengan sesama.
Hijab bukanlah penutup ekstrem untuk menciptakan batasan-batasan. Hijab
bukan benda untuk membeda-bedakan, ini Muslim itu Kafir. Ini kelas elit, itu
miskin. Ini beriman itu pendosa. Bukan. Hijab tak lain dan tak bukan sebagai
media menemukan hakikat cahaya Allah di mana saja, dan melalui siapa
saja. Jadi, tidak perlu fanatik apalagi nge-judge orang lain yang tidak
memakai jilbab adalah kalangan celaka. Jika kita memutuskan untuk memakai
jilbab, ya, pakailah! Jika tidak, itu hak kita sebagai manusia yang memiliki
hak asasi.
Dalam konteks sosiologis, hakikat cahaya Allah melalui jilbab
adalah prinsip menutup bagian-bagian yang membuat patologi sosial (social
pathos), konflik sosial, dan kesenjangan sosial. Sehingga nilai-nilai cinta
yang ditiupkan oleh jilbab mampu direalisasikan dalam kehidupan sosial, agama,
dan berkebudayaan.
Pada tahun 2006, seorang pakar arkeologi Iran, Muazzez Ilmiye Cig menulis
sebuah buku berjudul My Reactions as a Citizen, menuliskan bahwa jilbab sudah
berkembang semenjak peradaban Sumeria di Mesopotamia 5000 tahun lalu, jauh
sebelum agama Islam lahir ke dunia. Menurut Muazzez, jilbab saat itu merupakan
identitas pelacur Mesopotamia di kuil-kuil, untuk membedakannya dengan para
biarawati. Memang Muazzez pernah digugat oleh banyak kalangan di Turki terkait
pernyataannya tersebut. Akan tetapi pada akhirnya, pengadilan memvonis bebas
untuknya.
Diakui atau tidak, jilbab merupakan tradisi agama-agama tertua di dunia
yang sampai saat ini telah mengalami evolusi yang luar biasa. Jadi, hijab atau
jilbab bukan hanya milik Islam. Pendapat ini dikuatkan oleh Eipstein,
sebagaimana dikutip oleh Nasaruddin Umar, bahwa pakaian jilbab sudah menjadi
wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), Code Hammurabi (2.000 SM), dan Code Asyiria
(1.500 SM). Ketentuan menggunakan jilbab atau hijab telah berkembang di
kota-kota tua seperti Babylonia, Mesopotamia, dan Asyiria (Kompas, 25/11/2002).
***
Sekali lagi, hijab atau jilbab adalah pakaian kehormatan perempuan,
sebagaimana diterangkan dalam kitab suci. Dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat
59, berbunyi: "Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.".
Penekanan (stressing) al-Qur’an atas jilbab berorientasi pada
“identitas” dan “kehormatan”. Identitas diperlukan bukan untuk memberikan sekat
atau ruang-ruang kesenjangan secara sosiologis, melainkan untuk saling menjaga
agar identitas yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengganggu. Identitas
diperlukan agar saling menjaga nilai-nilai masing-masing serta menjaga
kehormatan kelompok kita maupun kelompok orang lain, sehingga tidak terjadi
benturan yang tidak diperlukan.
Dalam 1 Alkitab-Bible 11:5
juga dijelaskan, yang berbunyi: “Tetapi tiap-tiap perempuan yang
berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya,
sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.”
Tudung adalah nama lain dari
hijab. Di bagian ini, orang yang tidak memakai tudung dianggap menghina kepala.
Sedangkan kepala adalah lambang kehormatan bagi umat manusia. Berdo’a atau
bernubuat secara terminologis meminta kepada tuhan, mengajak diri sendiri dan
orang lain, sebagaimana tugas yang dilakukan oleh para nabi.
Dalam pemahaman umum kita,
nabi adalah orang bijaksana yang memiliki tugas mengajak dirinya sendiri dan
keluarganya menuju jalan yang harmonis. Jalan harmonis tentu tidak hanya
kemewahan, kelengkapan fasilitas, tetapi ia bisa berada di ruang-ruang becek
sekalipun. Ia tetap merasa terhormat meski berada di gorong-gorong jembatan
untuk menebar kasih sayang, cinta, kehormatan, kemuliaan, dan kebenaran. Sebab
itulah, dan dari gorong-gorong jembatan itulah Cak Nun kembali berteriak
lantang: Jilbab-jilbab
bertaburan tidak di langit tinggi/ Melainkan di bumi, tanah-tanah becek/ Teori
pembangunan yang aneh/ Kemajuan yang menipu/ Jilbab-jilbab terserimpung di
kubangan sejarah/ Melayani cinta palsu dan kecurigaan/ Cekikan yang samar/ Dan
tekanan yang tak habis-habisnya/ Jilbab-jilbab dikambinghitamkan/ Bicaralah
dengan bahasa kambing hitam!***
Sumber Gambar 1 : http://cdn.klimg.com/dream.co.id/resources/news/2014/08/05/3393/664xauto-6-atlet-muslimah-cantik-berhijab-dunia-1408050.jpg
·
S
It's nice to see the article. Thank you for sharing!
ReplyDeleteinstagram technology
BROKER TERPERCAYA
ReplyDeleteTRADING ONLINE INDONESIA
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......
Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!