Judul : Mengintip Alam Gaib
Penulis : Aep Saepulloh Darusmanwiati
Penerbit : Zaman
Cetakan : I, Juni 2014
Tebal : 272 halaman
Peresensi : Anton Prasetyo
Beriman kepada perkara gaib merupakan hal penting dalam agama Islam. Bahkan, Allah Swt. menyebutkan bahwa beriman kepada perkara gaib merupakan ciri pertama orang bertakwa (lihat surat al-Baqarah ayat 2–3). Dalam Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyah menuliskan, “Ashlul iman huwal iman bil gaib (pokok keimanan adalah beriman kepada perkara gaib)”. (Baca juga: AZAZIL)
Dengan logika sederhana, kita dapat membenarkan keterangan ini. Tuhan, malaikat, qadha qadar, dan hari akhir merupakan perkara gaib. Ketika kita tidak mengimani salah satu dari semua ini, maka akidah pun akan tercerabut dari dalam diri. Pun begitu, banyak kaum muslimin yang tidak perhatian dengan perkara penting ini. Alih-alih berupaya memupuk keimanan, mereka tidak mengetahui pentingnya beriman kepada perkara gaib.
Buka karya calon Mufti di Mesir ini mengungkap perkara sirri (tersembunyi) yang ada pada alam gaib. Malaikat merupakan makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah Swt. dari cahaya (nur) sebelum diciptakan Nabi Adam As. Ia merupakan makhluk yang sangat tunduk kepada Allah Swt. Makhluk perkasa ini mampu berubah wujud, bergerak cepat (menempuh jarak 186 mil/detik), dan disiplin. Sebagai makhluk, malaikat juga beribadah layaknya manusia. Beberapa peribadatan yang dilakukannya adalah bertasbih, berbaris, dan berhaji.
Malaikat akan selalu mendoakan orang yang beriman. Di antara orang-orang yang didoakan kebaikan oleh malaikat adalah orang yang mengajarkan kebaikan kepada sesama, menunggu shalat jamaah di masjid, shalat berada di shaf (barisan) depan, bangun fajar (menjelang subuh), bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw., menjenguk saudara yang sakit, dan lain-lain. Selain mendoakan, malaikat juga mengelilingi majelis ilmu dan dzikir, mencatat amal orang yang mengerjakan shalat Jum’at, dan lain sebagainya.
Kebaikan-kebaikan yang dilakukan malaikat tersebut merupakan timbal balik dari perilaku manusia. Dengan begitu, untuk mendapatkan kebaikan dari malaikat, manusia pun harus melakukan hal-hal baik. Di antara perbuatan yang mesti dilakukan manusia adalah menjauhi segala bentuk dosa dan kedurhakaan. Manusia juga tidak memakan makanan yang membuat malaikat jijik. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad Saw. menerangkan bahwa orang yang memakan bawang putih, bawang merah, dan bawang kucai dilarang masuk masjid. Pelarangan ini dilakukan karena malaikat tidak mau mendekat terhadap makanan yang dipandang manusia sebagai barang menjijikkan. Manusia juga hendaknya meludah tidak ke arah kanan karena malaikat berada di samping kanan.
Selain sepuluh nama yang harus dihafal dan diimani oleh setiap muslim, jumlah malaikat lainnya sangat banyak dan memiliki tugas sendiri-sendiri. Sebagaimana dalam sebuah kepanitiaan atau organisasi, mereka tidak pernah iri terhadap pekerjaan yang diberikan Allah Swt. kepada sesama malaikat yang lain. Sebagai makhluk, mereka juga akan merasakan mati sebagaimana makhluk yang lain. Hal ini sesuai dengan keterangan Allah Swt. dalam surat Qashash ayat 88 yang menerangkan bahwa segala sesuai akan binasa selain Allah Swt.
Jin dan Setan
Jin berasal dari bahasa Arab yang berarti tersembunyi, terhalang, dan tertutup. Jin memiliki akar kata yang sama dengan janin dan majnun (orang gila). Sehingga dari sini, janin merupakan benda yang tidak dapat dilihat secara kasatmata. Sementara, orang gila merupakan orang yang kesehatan akalnya tertutup. Sama dengan jin, setan juga berasal dari bahasa Arab yang berarti jauh. Ia disebut setan karena selalu berusaha mengajak manusia untuk menjauh dari kebenaran. Selanjutnya, kata “setan” digunakan untuk untuk setiap yang durhaka dan membangkang.
Tidak semua jin adalah setan. Sebab, jin juga ada yang shalih dan mukmin. Jadi, setan adalah jin yang kafir dan membangkang. Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Dalam surah al-Naas ditegaskan bahwa setan juga ada yang dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka, dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari Allah Swt. disebut juga dengan setan (halaman 75).
Nama dan jenis jin bermacam-macam. Jinny merupakan jin yang umum diketahui manusia. Amir (jamak: ammar) merupakan jin yang suka tinggal bersama manusia. Arwah merupakan jin yang sering menampakkan diri dan mengganggu anak-anak kecil. Setan merupakan merupakan jin kafir yang sering kali menampakkan diri dalam berbagai wujud. Marid merupakan jin yang lebih jahat daripada setan. Bahkan, ia pun bisa membunuh manusia. Ifrit (jamak: afrait) merupakan jin yang lebih jahat dan kuat daripada Marid. Dan, Iblis merupakan nenek moyang jin kafir (setan). Iblis dijuluki sebagai Abu Kudus atau Bapak Penimbun. Jukan ini maknanya menimbun manusia agar selalu berbuat dosa.
Setan yang berasal dari jin tidak akan dapat terlepas dari dunia manusia. Hal ini sama dengan yang ada pada malaikat. Bahkan, sebagian hewan merupakan pertanda adanya setan ataupun malaikat. Kokok ayam jago merupakan pertanda adanya malaikat. Sementara, ringkikan keledai merupakan pertanda adanya setan. Setan dan malaikat pun hadir saat manusia mengalami sakaratul maut. Dengan berbagai uapaya, setan hadir untuk mengajak manusia meninggalkan agama Allah Swt. Sementara, malaikat hadir dalam rangka memupuk keimanan manusia.
Selain membahas malaikat, jin, dan setan, buku setebal 272 halaman ini juga sedikit membahas alam barzah, ruh, dan alam kubur. Keterangan yang ditulis aktivis kegiatan mahasiswa al-Azhar Kairo ini sangat kaya dengan informasi mengenai alam Gaib. Informasi-informasi yang bersumber dari keterangan al-Qur’an dan Sunnah ini sangat diperlukan oleh seluruh kalangan umat muslim. Kaum awam, santri, kiai ataupun akademisi sangat butuh dengan keterangan-keterangan yang ada di dalamnya.
Anton Prasetyo, alumnus Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede, Jogjakarta
Penulis : Aep Saepulloh Darusmanwiati
Penerbit : Zaman
Cetakan : I, Juni 2014
Tebal : 272 halaman
Peresensi : Anton Prasetyo
Beriman kepada perkara gaib merupakan hal penting dalam agama Islam. Bahkan, Allah Swt. menyebutkan bahwa beriman kepada perkara gaib merupakan ciri pertama orang bertakwa (lihat surat al-Baqarah ayat 2–3). Dalam Majmu’ al-Fatawa, Ibnu Taimiyah menuliskan, “Ashlul iman huwal iman bil gaib (pokok keimanan adalah beriman kepada perkara gaib)”. (Baca juga: AZAZIL)
Dengan logika sederhana, kita dapat membenarkan keterangan ini. Tuhan, malaikat, qadha qadar, dan hari akhir merupakan perkara gaib. Ketika kita tidak mengimani salah satu dari semua ini, maka akidah pun akan tercerabut dari dalam diri. Pun begitu, banyak kaum muslimin yang tidak perhatian dengan perkara penting ini. Alih-alih berupaya memupuk keimanan, mereka tidak mengetahui pentingnya beriman kepada perkara gaib.
Buka karya calon Mufti di Mesir ini mengungkap perkara sirri (tersembunyi) yang ada pada alam gaib. Malaikat merupakan makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah Swt. dari cahaya (nur) sebelum diciptakan Nabi Adam As. Ia merupakan makhluk yang sangat tunduk kepada Allah Swt. Makhluk perkasa ini mampu berubah wujud, bergerak cepat (menempuh jarak 186 mil/detik), dan disiplin. Sebagai makhluk, malaikat juga beribadah layaknya manusia. Beberapa peribadatan yang dilakukannya adalah bertasbih, berbaris, dan berhaji.
Malaikat akan selalu mendoakan orang yang beriman. Di antara orang-orang yang didoakan kebaikan oleh malaikat adalah orang yang mengajarkan kebaikan kepada sesama, menunggu shalat jamaah di masjid, shalat berada di shaf (barisan) depan, bangun fajar (menjelang subuh), bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw., menjenguk saudara yang sakit, dan lain-lain. Selain mendoakan, malaikat juga mengelilingi majelis ilmu dan dzikir, mencatat amal orang yang mengerjakan shalat Jum’at, dan lain sebagainya.
Kebaikan-kebaikan yang dilakukan malaikat tersebut merupakan timbal balik dari perilaku manusia. Dengan begitu, untuk mendapatkan kebaikan dari malaikat, manusia pun harus melakukan hal-hal baik. Di antara perbuatan yang mesti dilakukan manusia adalah menjauhi segala bentuk dosa dan kedurhakaan. Manusia juga tidak memakan makanan yang membuat malaikat jijik. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad Saw. menerangkan bahwa orang yang memakan bawang putih, bawang merah, dan bawang kucai dilarang masuk masjid. Pelarangan ini dilakukan karena malaikat tidak mau mendekat terhadap makanan yang dipandang manusia sebagai barang menjijikkan. Manusia juga hendaknya meludah tidak ke arah kanan karena malaikat berada di samping kanan.
Selain sepuluh nama yang harus dihafal dan diimani oleh setiap muslim, jumlah malaikat lainnya sangat banyak dan memiliki tugas sendiri-sendiri. Sebagaimana dalam sebuah kepanitiaan atau organisasi, mereka tidak pernah iri terhadap pekerjaan yang diberikan Allah Swt. kepada sesama malaikat yang lain. Sebagai makhluk, mereka juga akan merasakan mati sebagaimana makhluk yang lain. Hal ini sesuai dengan keterangan Allah Swt. dalam surat Qashash ayat 88 yang menerangkan bahwa segala sesuai akan binasa selain Allah Swt.
Jin dan Setan
Sumber Gambar: gaptekupdate.com |
Jin berasal dari bahasa Arab yang berarti tersembunyi, terhalang, dan tertutup. Jin memiliki akar kata yang sama dengan janin dan majnun (orang gila). Sehingga dari sini, janin merupakan benda yang tidak dapat dilihat secara kasatmata. Sementara, orang gila merupakan orang yang kesehatan akalnya tertutup. Sama dengan jin, setan juga berasal dari bahasa Arab yang berarti jauh. Ia disebut setan karena selalu berusaha mengajak manusia untuk menjauh dari kebenaran. Selanjutnya, kata “setan” digunakan untuk untuk setiap yang durhaka dan membangkang.
Tidak semua jin adalah setan. Sebab, jin juga ada yang shalih dan mukmin. Jadi, setan adalah jin yang kafir dan membangkang. Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Dalam surah al-Naas ditegaskan bahwa setan juga ada yang dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka, dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari Allah Swt. disebut juga dengan setan (halaman 75).
Nama dan jenis jin bermacam-macam. Jinny merupakan jin yang umum diketahui manusia. Amir (jamak: ammar) merupakan jin yang suka tinggal bersama manusia. Arwah merupakan jin yang sering menampakkan diri dan mengganggu anak-anak kecil. Setan merupakan merupakan jin kafir yang sering kali menampakkan diri dalam berbagai wujud. Marid merupakan jin yang lebih jahat daripada setan. Bahkan, ia pun bisa membunuh manusia. Ifrit (jamak: afrait) merupakan jin yang lebih jahat dan kuat daripada Marid. Dan, Iblis merupakan nenek moyang jin kafir (setan). Iblis dijuluki sebagai Abu Kudus atau Bapak Penimbun. Jukan ini maknanya menimbun manusia agar selalu berbuat dosa.
Setan yang berasal dari jin tidak akan dapat terlepas dari dunia manusia. Hal ini sama dengan yang ada pada malaikat. Bahkan, sebagian hewan merupakan pertanda adanya setan ataupun malaikat. Kokok ayam jago merupakan pertanda adanya malaikat. Sementara, ringkikan keledai merupakan pertanda adanya setan. Setan dan malaikat pun hadir saat manusia mengalami sakaratul maut. Dengan berbagai uapaya, setan hadir untuk mengajak manusia meninggalkan agama Allah Swt. Sementara, malaikat hadir dalam rangka memupuk keimanan manusia.
Selain membahas malaikat, jin, dan setan, buku setebal 272 halaman ini juga sedikit membahas alam barzah, ruh, dan alam kubur. Keterangan yang ditulis aktivis kegiatan mahasiswa al-Azhar Kairo ini sangat kaya dengan informasi mengenai alam Gaib. Informasi-informasi yang bersumber dari keterangan al-Qur’an dan Sunnah ini sangat diperlukan oleh seluruh kalangan umat muslim. Kaum awam, santri, kiai ataupun akademisi sangat butuh dengan keterangan-keterangan yang ada di dalamnya.
Anton Prasetyo, alumnus Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede, Jogjakarta
0 comments :
Post a Comment