Home » » Surat Icik-icik Buat Pak Presiden

Surat Icik-icik Buat Pak Presiden

Diposkan oleh damar pada Wednesday, April 18, 2018 | 12:00 AM

Oleh : Ahfa Waid
Jokowi
Sumber Gambar: liputan6.com

Assalamualikum, Pak Joko, piye kabare saiki? Kayaknya makin sukses saja. Saya kangen lho, Pak, sama jenengan. Tapi sayangnya Bapak sudah lupa sama saya, dia, kita dan “mereka semua”. Sampeyan itu punya perubuhan drastis sejak harus pakai dasi ke mana-mana. Ya… saya mau berpikir positif saja, mungkin Bapak sedang sibuk ngebasmi beras plastik dan ngultumin dedek-dedek ehem.

Sebelumnya mohon maaf ya, Pak, kalau saya terlalu kurang ajar dengan pertanyaan atau pernyataan yang akan saya sampaikan. Begini, Pak, bagaimana rasanya memimpin 253.370.792 jiwa atau seperempat miliar orang? Bangga, sedih, senang atau bahkan jantungan? Ah, tapi kalau jantungan kayaknya nggak mungkin, saya lihat di TV Bapak tetap eksis dengan senyum lebarnya itu.

Oke, apapun jawaban Bapak, saya akan tetap mengacungi jempol karena masih bisa bertahan sampai saat ini, walaupun Pathut Ea telah memberikan tips-tips atau panduan mudah menjatuhkan Bapak. Tapi, Pak, jempol saya kadang bengkok seakan-akan tak setuju. Entahlah.

Aduh maaf, Pak, saya hampir lupa, kenalin dulu, saya Ahfa Waid nama asluhunya Ach Fawaid, asli keturan Madura Swasta, Bondowoso, Jawa Timur. Okelah itu tak penting untuk Bapak ketahui, tapi yang perlu Bapak ingat, saya adalah anak bangsa yang doyan banget sama asap. Bisa dibilang ahli hisab. Ya, saya perokok aktif yang terinspirasi dari Pak Harto, beliau itu merupakan Bapak Pembangunan bangsa Indonesia.

Saya berharap, Bapak juga bisa seperti beliau yang sukses dalam segala bidang, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik luar negeri, dan yang terpenting adalah keamanan dan keutuhan NKRI.

Hiks! Mungkin untuk keamanan dan keutuhan NKRI pasti bakal jadi beban yang sangat berat buat Bapak. Tapi, santai saja, Pak, selama kelakuan Bapak sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat, kita semua akan tetap setia, tanpa neko-neko. Sebaliknya, jika Bapak hanya menari-nari di atas kegalauan rakyat, bersiap-siaplah dan selalu waspada.
surat untuk presiden
Sumber Gambar: tribunnews.com

Bapak Joko yang baik hatinya, dulu sebelum Bapak jadi presiden, saya yakin bahwa Bapak bisa memimpin Indonesia dengan baik, tapi untuk saat ini saya ragu, bimbang, bahkan resah. Saya jadi teringat perkataan Sir Francis Bacon. Menurutnya, manusia digerakkan oleh hasrat untuk meraih kekuasaan sampai tak terbatas.

Dalam hal ini tak ada kehendak bebas dalam diri manusia, sebab dia dikuasai oleh kepentingan-kepentingan dirinya. Tapi, Bacon juga membantah, bahwa hal ini bisa diatasi dengan etika. Jadi, politik dan etika harus sejalan, etikanya tak boleh dihilangkan kalau tak ingin berantakan.

Dari lubuk hati yang resah, saya punya usulan begini, Pak. Bagaimana kalau negeri yang diterpa kegalauan ini Bapak sulap menjadi bagian dari taman surga. Biar mereka tidak risau dengan naiknya bahan pokok, BBM, paket data dan kuota. Apalagi, menjelang bulan Ramadhan ini, naiknya heboh banget, belum lagi mendekati hari raya. Intinya, semuanya naik, dan yang naik-turun cuma celana dalam. Iya, celana dalam! Kalau Bapak tidak percaya, tanya saja sama dedek icik-icik itu.

Nah, biar negeri ini adem ayem, nyaman dan tenteram, tentu harus dimulai dari pemimpinnya, kan? Pemimpin tak sekedar menjadi pemimpin, tapi suri teladan bagi yang dipimpinnya, rakyat. Cara bagaimana? Bapak manfaatin saja bulan yang penuh berkah, Ramadhan. Yups! Inilah suatu momen yang pas banget untuk mengintrospeksi diri, menyadari kelemahan ataupun kekurangan. Tidak takabur dengan jabatan maupun kekuasaan, merasa tidak berarti di hadapan Tuhan.

Harapan saya dan dedek-dedek gemes adalah, bila hal ini dapat dilakukan, Insya Allah akan memberikan manfaat serta dapat membentuk watak dan kepribadian bangsa yang berhati nurani. Sehingga terlahirlah pemerintahan yang bersih, berhati dan berjiwa rakyat, memiliki etika yang super sekali, piawai dalam bertutur kata yang baik, serta santun dan anggun dalam mengurus negara. Oleh sebab itu, proses pensucian diri secara totalitas selama bulan Ramadan harus dapat dimanfaatkan dengan baik agar dapat menumbuhkan rasa solidaritas manusiawi, kasih sayang, kejujuran dan meredam hawa nafsu yang sekiranya diharapkan dapat berimbas kepada pemimpin baru. Semoga.


Ahfa Waid, aktivis di Garawiksa Institute dan pemerhati di Komisi Dedek-Dedek Gemes.


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment