Home » » Meja Hijau Penulis

Meja Hijau Penulis

Diposkan oleh damar pada Monday, March 30, 2015 | 3:50 AM



 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzbdwUSGUSOq7bTAz_-KKmNXvG95mvIKpQWG6-L8pc8UOZ2MWGqB5TUZja9TMK73yBqd2tTzh7rbSLr_1yNPo1uxF8-EhYHQ2AIc6Fzn6rx3E5gwXJrFiZ6fvZxJ8qCdj9GxCrrpITQee8/s1600/libra.jpg

Apa jadinya jika penulis buku dimeja hijaukan? Apa jadinya jika penulis dihadapkan pada pisau hukum karena dianggap membocorkan rahasia negara adi daya? Seorang tentara Amerika yang tergabung dalam operasi Navy SEAL yang terlibat dalam penyergapan teroris Osama bin Laden di kota Abottabad, Pakistan, pada bulan Mei 2011 lalu. Michael Owen adalah nama samaran dari petinggi tentara AS itu, Owen adalah nama samaran dari Matt Bissonette yang menulis buku berjudul No Easy Day: The Firsthand Account of the Mission That Killed Osama Bin Laden. Matt dan semua yang terlibat dalam penerbitan buku ini dituntut oleh Pentagon.

Ini menambah catatan hijau bahwa tidak semua tentara yang ikut dalam sebuah misi operasi, hati nuraninya bisa menerima dengan tulus. Matt menjadi salah satu saksi atas kematian Osama. Ia bahkan menulis dalam bukunya, Osama ditembak di kepalanya setelah ia melongok dari kamar tidurnya, padahal belum dipastikan apakah ia membawa senjata atau tidak. Versi sebelumnya yang dilontarkan ke media, Osama ditembak ketika ia menunduk menuju kamar tidur, karena diduga mengambil senjata.
Sebuah buku sebelumnya juga terbit tentang konspirasi pembunuhan Osama berjudul SEAL Target Geronimo yang ditulis oleh Chuck Pfarrer. Geronimo adalah kata sanda yang dipakai SEAL untuk operasi penangkapan Osama. Buku yang masuk 20 buku terlaris sepekan versi Amazon ini menyatakan bahwa Osama tewas dalam sembilan puluh detik. Namun petinggi tentara AS lagi-lagi menolak dengan pernyataan tersebut dan menganggap bahwa statemen tersebut hanya fiksi belaka. Sementara Gedung Putih memberitakan bahwa sebuah tim kecil menyerang, diturunkan dari helikopter ke tempat persembunyian Osama, ia tertembak di dada dan kepala, dan ia tidak membalas. (Reuthers, 3/5/2011).
Peristiwa yang lebih menarik lagi adalah ketika seorang tentara AS mengundurkan diri karena menolak perang, namanya Drew Cameron. Lelaki yang terlibat dalam invasi As ke Irak pada tahun 2003 ini mengatakan sebagaimana yang dikutip M. Sanusi (2010:15) dalam buku Aku Terpaksa Membunuh, Kisah-kisah Getir Para Veteran yang Mengutuk Perang:The story of the fiber, the blood, sweat and tears the months of hardship and brutal violence are held within those old uniforms. The uniforms often become inhabitans of closets or boxes in the attic. Reclaiming that assoaciation of subordination of walfare and service in to something collective anda beautiful is our inspiration”.
Ia kemudian bergabung dengan sebuah organisasi Iraq Veterans Againts War (IVAW), yang kemudian membuat sembilan alasan penting untuk mengembalikan mentalnya dan yang melandasinya mengundurkan diri menjadi meliter AS. Pertama, perang Irak berdasarkan kebohongan dan penipuan. Kedua, perang Irak melanggar hukum-hukum internasional. Ketiga, perang irak dikendalikan oleh motif-motif keuntungan korporasi (corporate profiteering). Keempat, banyaknya kematian warga sipil Irak. Kelima, tentara berhak menolak perang ilegal. Keenam, para tentara menghadapi ancaman kesehatan serius akibat alpanya negara. Ketujuh, peperangan di Irak menyebabkan jutaan tentara dan keluarganya terpisah. Kedelapan, meliter menggunakan rasisme dan diskriminasi sebagai alat. Sembilan, hari ini, pemuda menghadapi cara kekerasan dalam rekrutmen tanpa tahu fakta yang sebenarnya.

Sejarah Gelap Buku
Sejarah gelap buku di dunia tentu tidak hanya terjadi sekarang di negeri yang selalu menyerukan demokrasi di dunia ini. Di Jerman, pada zaman Nazi, Hitler membakar ribuan buku, pemikiran para intelektual diseragamkan, serta ratusan penulis dipenjara, malah buku yang berjudul Mein Kampf karya Adolf Hitler yang menyebarkan kebencian dijual bebas di toko buku. Jauh sebelum itu, di Tiongkok pada tahun 213 SM, Kaisar Shing Huang Ti memerintahkan untuk membakar karya-karya para sarjana pada waktu itu, menghukum mati 500 sarjana, dan mengasingkan sarjana yang dianggap telah menentang kekuasaannya. Salah satu karya besar Konfusius yang berjudul Analect masuk dalam pembakaran itu.
Saya lalu teringat lagi pada seorang sastrawan hebat dari Prancis, Marquis De Sade, yang biografinya difilmkan berjudul the Quils. Ia adalah seorang pengarang sastra erotis dan filsafat. Salah satu karyanya berjudul Justine (1791), Juliette (1797), dan dalam Idées Sur Les Romans (1800) ia mengatakan bahwa untuk menggambaran novelistik, terdapat pada hubungan inses penulis dengan alam, untuk mewujudkannya menghindari keterbatasan, melanggar batasan adat, dan pengetahuan. Atas dasar keanehan dari perilakunya itulah serta buku-bukunya yang kontroversial pada waktu itu kemudian bukunya dibakar. Pada tahun 1772, ia dijerat hukuman mati, namun ia bisa meloloskan diri ke Itali.
De Sade masih aktif menulis dipenjara, hasil-hasil karyanya dikirimkan melalui seorang kurir atau seorang wanita pencuci seprei di penjara itu untuk diberikan kepada seorang lelaki berkuda yang menerbitkan karyanya. Gereja pada waktu itu menganggapnya sebagai karya pornografi dan menginspirasi para pembacanya untuk memberontak terhadap gereja, sehingga karya-karya De Sade dibakar
Ketika penulis tidak diberi ruang berekspresi hanya karena ada alasan idealisme lain yang berbeda dan kemudian ada tuntutan hukum sebagaimana yang akan dilakukan Pentagon terhadap Matt, tentu saja perkembangan pengetahuan, perkembangan penelitian menjadi beku dan fakta pelan-pelan akan kabur. Matt berusaha mengungkapkan kesakitannya atas kenyataan itu, bahwa membunuh seseorang yang tidak memegang senjata adalah sebuah pelanggaran hukum internasional. Namun buku itu oleh Pentagon dianggap sebagai sebuah kriminalitas. Seharusnya buku itu menjadi sebuah kritik, agar perjalanan meliter AS bisa semakin rapat barisannya. Saya kira, meskipun tentara seharusnya memiliki hak yang sama sebagai manusia untuk mengekspresikan pikiran-pikiran dan kegelisahannya agar negeri adi daya pejuang demokrasi itu benar-benar bisa bersikap demokratis, jika demikian lebih bijaksana, bukan? 

Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzbdwUSGUSOq7bTAz_-KKmNXvG95mvIKpQWG6-L8pc8UOZ2MWGqB5TUZja9TMK73yBqd2tTzh7rbSLr_1yNPo1uxF8-EhYHQ2AIc6Fzn6rx3E5gwXJrFiZ6fvZxJ8qCdj9GxCrrpITQee8/s1600/libra.jpg 


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment