Ungkapan yang
menjadi judul dalam tulisan ini, bermula dari sebuah karya sastra satire karya
pujangga Romawi di abad ke-2 Masehi, yang berbunyi “mens sana in corpore sano”
artinya jiwa yang sehat bergantung pada tubuh yang kuat.
Demicus Lunius
Juvenus, sang pujangga Romawi ini menyindir kekonyolan-kekonyolan yang terjadi di
masyarakatnya, Lunius dengan serius menulisnya di sebuah naskah berjudul Satires
X.
Namun pada
perkembangannya, ungkapan tersebut layak kiranya untuk menggambarkan
kekonyolan-kekonyolan yang berkembang belakangan ini di masyarakat kita. Jiwa yang
sehat bukan lagi bertumpu pada tubuh sebagai benda kebudayaan, melainkan
bertumpu pada “titit” yang menjadi tumpuan.
Tidak sedikit pejabat-pejabat
penting di negeri ini yang melejit kariernya, kemudian runtuh ketika
kesumpekan, keterasingan jiwanya, kegersangan hatinya disandarkan pada kepuasan
“titit” alias kepuasan biologis.
Tidak jarang
pula wanita dijadikan sebagai alat transaksi, pelicin berbagai proyek-proyek
besar di pemerintahan. Beberapa waktu lalu, bahkan ada sosok yang melambangkan
dirinya sebagai ketua partai yang getol mengucapkan kalimat-kalimat religius,
nampaknya juga ditangkap KPK di hotel bersama wanita yang dijadikan sebagai
benda transaksi.
Bukankah kerangka
berpikir mereka sudah terjebak dalam mens sana ini titit sano?
Handphone merupakan
benda modernitas yang diharapkan menghasilkan kemajuan dalam masyarakat, akan
tetapi justeru masyarakat lebih banyak mengalami shock culture. HP
dengan berbagai fasilitasnya dimanfaatkan untuk searching daun-daun muda
melalui sosmed facebook, twetter, dan sejenisnya. Itulah sebabnya, tidak jarang
di desa-desa, kecamatan, atau kota-kota kecil terjadi perselingkuhan karena
disebabkan oleh media sosial.
Apakah fasilitasnya
yang keliru? Tentu saja tidak. Orang yang memegang fasilitas tersebut tidak
menggunakannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan fungsi yang tepat.
Tokoh psikologi
semacam Sigmund Frued dan Carl Gustav Jung telah mengulas panjang lebar seputar
dunia libido. Bagi keduanya, libido merupakan energi psikis yang bertentangan perilaku
beradab. Karena itulah, dibutuhkan kemampuan menggunakan ego untuk menyalurkan
energi libidinal pada objek yang tepat dan jalur yang tepat.
Semuanya bergantung
kepada masing-masing person, kawan! Apakah kita menjadi bagian dari mens sana
in titit sano? Silahkan definisikan sendiri.***
Sumber Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhTk1tcaBohCZzyY8Ap2vvScZh3qRqCWLyBIPp_32gHOD2fLMnMSJBIfSh82awXzD_N1MN9O8SoUeg8vWTnZekbHqkm23lbZNknbsxcgJCXu2JFxufwjBCT4XaaCZERg27bhN6xluuYfc/s1600/DSC_0001.JPG
0 comments :
Post a Comment