Home » » Soal Ahok, Habib Riziq Diminta untuk Tidak Emosi

Soal Ahok, Habib Riziq Diminta untuk Tidak Emosi

Diposkan oleh damar pada Saturday, November 12, 2016 | 4:07 PM

KABARBANGSA.COM---Polemik soal dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok memunculkan penentangan yang cukup keras dari sejumlah umat Islam. Salah satunya dari Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Riziq. Menurut Riziq, Ahok tidak saja menista agama dan al-Quran, tapi juga para ulama dan umat Islam.

Sumber Gambar: tarbiyah.net
Namun, protes keras dari Habib Riziq itu mendapatkan tanggapan kritis dari salah satu dosen IAIN Salatiga Ahmad Faidi. Menurutnya, Habib Riziq sebaiknya tidak terburu-buru menanggapi pernyataan Ahok, dan menyimpan energinya demi perjuangan umat Islam yang lebih bermanfaat. "Saya sangat menghormati Habib Riziq. Namun, tanggapannya yang terlalu berlebihan terhadap statemen Ahok cukup disayangkan. Mestinya seorang tokoh sekaliber Habib Riziq mengurusi hal-hal yang lebih bermanfaat daripada sekedar memikirkan statemen Ahok. Jadi, menurut saya, sebaiknya jangan terlalu emosi soal ini," ujarnya Kamis (11/11), kemarin.

Menurut Ahmad Faidi, kata-kata Ahok tidak layak ditanggapi. Apalagi dengan membawa-bawa agama. Sebagai umat Islam, kata Ahmad Faidi, kita seharusnya lebuh dewasa dan tidak mudah terpancing dengan statemen apapun. Apalagi konteksnya Pilkada. "Mari kita tunjukkan jati diri kita sebagai umat Islam. Kalau urusan politik, ya, nggak usah ditanggapi dengan bumbu-bumbu agama," tegas dosen yang juga penulis buku ini.

Sementara itu, cendekiawan muda NU dari Kebumen Abdul Waid mengingatkan warga NU agar tidak ikut-ikutan dalam urusan Pilkada Jakarta. Soal tuduhan penistaan agama oleh Ahok, Waid menganggap hal itu terlalu dibesar-besarkan. "Kalau yang ngomong (soal surat Al-Maidah 51) itu bukan Ahok, pasti kan nggak segaduh ini. Ya, beginilah kalau politik," katanya.

Lebih lanjut jebolan UIN Sunan Kalijaga ini mengingatkan agar sebagai bangsa kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan. "Perbedaan itu sebuah keniscayaan. Untuk menjadi bangsa yang besar dan maju, kuncinya adalah kita harus hidup rukun, damai dan saling menghormati," pungkasnya. (yus/lis/naja)


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment