KABARBANGSA.COM---Di tengah tegangnya berbagai issue politik bangsa kita dan semakin mendekatnya momentum pilkada, penting kiranya kita lebih fresh kembali untuk tetap bisa tersenyum dan tertawa.
Sebab itulah, dengan ini kabarbangsa.com secara berkala akan menghadirkan humor-humor yang bisa membuat anda lebih segar. Banyak orang yang terganggu kesehatannya hanya karena kurang humor. Dengan humor ini semoga anda selalu sehat.
1. Demam Piala Dunia
Berkibarnya bendera Belanda di sebuah rumah di perkampungan Papua, membuat aparat kepolisian jadi meradang. Karena itu, 2 peleton polisi pun langsung dikirim ke sana. Mereka merayap, siaga penuh. Sambil mengendap-endap, senjata laras panjang pun mulai terkokang. Sang komandan sesekali berkomunikasi melalui HT. Dalam jarak 100 meter, mereka mengepung rumah itu. Semuanya siaga penuh. Kondisi tampak begitu tegang.
Lima orang polisi kemudian menggebrak rumah itu. Para penghuni histeris. Jhon Mambo, pemilik rumah, meski dikepung 2 peleton polisi, ia tetap tenang saja. Ia yang berprofesi pengacara tentu tahu prosedur.
Katanya, "Ada apa ini?"
Polisi pun menyahut, "Anda mengibarkan bendera Belanda, Anda kami tangkap, ayo ke markas."
Beberapa polisi menarik keras Jhon. Tapi tangan kekar Jhon menampiknya. Ia pun tidak kalah galaknya berkata, "Bapak ini kurang kerjaan apa? Saya memang mengibarkan bendera Belanda karena saya pendukung kesebelasan Belanda. Lihat tuh!!!" Jhon menunjuk rumah kepala suku yang berjarak 200 meter ke arah bawah rumah Jhon. "Itu bendera Brazil berkibar ...."
"Oh ... demam Piala Dunia udah dimulai ya ..." kata polisi tersebut malu-malu.
2. Burung Garuda
Seorang murid Sekolah Dasar yang mempunyai sifat kritis, bertanya kepada gurunya.
Murid: "Pak, kenapa lambang negara kita mesti burung garuda, sih?"
Guru: "Karena sesuai dengan hari kemerdekaan kita, 17 Agustus 1945. 17 adalah jumlah bulu di sayap, 8 (Agustus) adalah jumlah bulu di ekor, dan 45 adalah jumlah bulu yang berada di leher."
Murid: "Lalu mengapa negara kita harus merdeka tanggal 17 Agustus bukan tanggal yang lain? 2 Januari, misalnya?"
Guru: "Ehmmm, kalau kita merdeka tanggal 2 Januari maka lambang negara kita bukan lagi burung garuda Nak, tetapi capung, dengan dua sayap dan satu ekor. Kamu mau?"
3. Celana Dalam Partai Politik
Suep, seorang mahasiswa semester tiga asal Lumajang, memang dikenal agak saleh. Di telinganya masih selalu terngiang akan petuah sang Ibunda,. “Ep, kalo kuliah di Malang, yang sungguh-sungguh ya! Jangan berbuat yang macam-macam, karena di kota godaannya banyak. Luruskan niatmu untuk menuntut ilmu sampai lulus dengan baik.”
Pelajaran agama yang pernah direguk Suep dari madrasah ibtidaiyah pun, masih cukup menebalkan kualitas keimanannya. Namun di balik itu semua, Suep ternyata masih belum kuasa menghilangkan sifat dan perilakunya yang suka iseng. Sifat ini sering hadir di sela-sela kesehariannya. Sehingga keisengan nyaris seperti faktor “genetik” untuk Suep. Salah satu keisengan Suep seperti cerita berikut ini:
Sebagai warga pendatang, seperti umumnya mahasiswa lain, maka Suep dengan beberapa teman mencari sebuah rumah kontrakan. Kebetulan mendapatkan sebuah rumah tingkat dua yang berisi 6 buah kamar. Suep mendapatkan kamar di lantai dua. Seperti sudah diatur oleh alam, maka “kamar di atas” kontrakan tersebut bersebelahan pula dengan rumah kos mahasiswi yang jumlahnya 8 orang.
Rumah kos mahasiswi tersebut kebetulan berlantai satu setengah. Yang setengah adalah lantai dua tanpa atap yang digunakan sebagai tempat jemuran cucian. Karena letak jemuran tersebut tepat di samping kamar Suep. Maka keisengan Suep pun tumbuh subur dan terus bersemi. Dari jendela kaca samping kamarnya maka terpampanglah pemandangan indah sepanjang pagi: para mahasiswi yang menjemur pakaian. Bagi Suep ia ibarat melihat ikan dalam akuarium.
Ia sangat senang menikmati para mahasiswi yang kondisinya agak basah (karena abis mencuci) sambil menggantung pakaian dalam mereka. Keisengan Suep semakin bertambah. Ia akan meneriakan nama-nama Parpol tertentu, ketika sang mahasiswi tetangga kosnya membeber CD di kawat jemuran. Ketika CD warna kuning dipajang, Suep langsung berteriak: Golkar! Ketika CD warna hijau digantung, Suep langsung menjerit: PKB, PKB! Atau ketika mereka membentangkan CD warna oranye, akan disambut Suep dengan teriakan: Hanura. Atau ketika si cewek menjemur CD warna merah, dengan kreatif pula Suep akan teriak: PDIP, PDIP!
Sebab itulah, dengan ini kabarbangsa.com secara berkala akan menghadirkan humor-humor yang bisa membuat anda lebih segar. Banyak orang yang terganggu kesehatannya hanya karena kurang humor. Dengan humor ini semoga anda selalu sehat.
1. Demam Piala Dunia
Berkibarnya bendera Belanda di sebuah rumah di perkampungan Papua, membuat aparat kepolisian jadi meradang. Karena itu, 2 peleton polisi pun langsung dikirim ke sana. Mereka merayap, siaga penuh. Sambil mengendap-endap, senjata laras panjang pun mulai terkokang. Sang komandan sesekali berkomunikasi melalui HT. Dalam jarak 100 meter, mereka mengepung rumah itu. Semuanya siaga penuh. Kondisi tampak begitu tegang.
Sumber Gambar: pediaku.com |
Katanya, "Ada apa ini?"
Polisi pun menyahut, "Anda mengibarkan bendera Belanda, Anda kami tangkap, ayo ke markas."
Beberapa polisi menarik keras Jhon. Tapi tangan kekar Jhon menampiknya. Ia pun tidak kalah galaknya berkata, "Bapak ini kurang kerjaan apa? Saya memang mengibarkan bendera Belanda karena saya pendukung kesebelasan Belanda. Lihat tuh!!!" Jhon menunjuk rumah kepala suku yang berjarak 200 meter ke arah bawah rumah Jhon. "Itu bendera Brazil berkibar ...."
"Oh ... demam Piala Dunia udah dimulai ya ..." kata polisi tersebut malu-malu.
2. Burung Garuda
Seorang murid Sekolah Dasar yang mempunyai sifat kritis, bertanya kepada gurunya.
Murid: "Pak, kenapa lambang negara kita mesti burung garuda, sih?"
Guru: "Karena sesuai dengan hari kemerdekaan kita, 17 Agustus 1945. 17 adalah jumlah bulu di sayap, 8 (Agustus) adalah jumlah bulu di ekor, dan 45 adalah jumlah bulu yang berada di leher."
Murid: "Lalu mengapa negara kita harus merdeka tanggal 17 Agustus bukan tanggal yang lain? 2 Januari, misalnya?"
Guru: "Ehmmm, kalau kita merdeka tanggal 2 Januari maka lambang negara kita bukan lagi burung garuda Nak, tetapi capung, dengan dua sayap dan satu ekor. Kamu mau?"
3. Celana Dalam Partai Politik
Suep, seorang mahasiswa semester tiga asal Lumajang, memang dikenal agak saleh. Di telinganya masih selalu terngiang akan petuah sang Ibunda,. “Ep, kalo kuliah di Malang, yang sungguh-sungguh ya! Jangan berbuat yang macam-macam, karena di kota godaannya banyak. Luruskan niatmu untuk menuntut ilmu sampai lulus dengan baik.”
Pelajaran agama yang pernah direguk Suep dari madrasah ibtidaiyah pun, masih cukup menebalkan kualitas keimanannya. Namun di balik itu semua, Suep ternyata masih belum kuasa menghilangkan sifat dan perilakunya yang suka iseng. Sifat ini sering hadir di sela-sela kesehariannya. Sehingga keisengan nyaris seperti faktor “genetik” untuk Suep. Salah satu keisengan Suep seperti cerita berikut ini:
Sebagai warga pendatang, seperti umumnya mahasiswa lain, maka Suep dengan beberapa teman mencari sebuah rumah kontrakan. Kebetulan mendapatkan sebuah rumah tingkat dua yang berisi 6 buah kamar. Suep mendapatkan kamar di lantai dua. Seperti sudah diatur oleh alam, maka “kamar di atas” kontrakan tersebut bersebelahan pula dengan rumah kos mahasiswi yang jumlahnya 8 orang.
Rumah kos mahasiswi tersebut kebetulan berlantai satu setengah. Yang setengah adalah lantai dua tanpa atap yang digunakan sebagai tempat jemuran cucian. Karena letak jemuran tersebut tepat di samping kamar Suep. Maka keisengan Suep pun tumbuh subur dan terus bersemi. Dari jendela kaca samping kamarnya maka terpampanglah pemandangan indah sepanjang pagi: para mahasiswi yang menjemur pakaian. Bagi Suep ia ibarat melihat ikan dalam akuarium.
Ia sangat senang menikmati para mahasiswi yang kondisinya agak basah (karena abis mencuci) sambil menggantung pakaian dalam mereka. Keisengan Suep semakin bertambah. Ia akan meneriakan nama-nama Parpol tertentu, ketika sang mahasiswi tetangga kosnya membeber CD di kawat jemuran. Ketika CD warna kuning dipajang, Suep langsung berteriak: Golkar! Ketika CD warna hijau digantung, Suep langsung menjerit: PKB, PKB! Atau ketika mereka membentangkan CD warna oranye, akan disambut Suep dengan teriakan: Hanura. Atau ketika si cewek menjemur CD warna merah, dengan kreatif pula Suep akan teriak: PDIP, PDIP!
0 comments :
Post a Comment