Home » » Siap Jihad Demi Berdirinya Propinsi Madura

Siap Jihad Demi Berdirinya Propinsi Madura

Diposkan oleh damar pada Saturday, November 28, 2015 | 11:44 PM

Oleh : Edi AH Iyubenu

Dengan mengucap bismillah, plus spirit Hari Pahlawan, tan-taretan Madura pengibar Panitia Persiapan Pembentukan Propinsi Madura (P4M) berjuang menarik perhatian Presiden Jokowi yang kebetulan punya acara di kota Bangkalan. P4M yang setamsil BPUPKI itu mendaku telah mengantongi restu dari saantero masyarakat Madura Timur (Sumenep) hingga Barat (Bangkalan), terutama para kiai. Anda harus tahu, segala urusan di Madura, dari soal carok hingga poligami, akan lancar jaya bila mendapat restu kiai. Ingat sejarah jembatan Suramadu yang pernah terbengkalai bukan karena kendala investor, tetapi macetnya restu kiai. Begitu kiai dibribiki, keluar restu, seketika tiang-tiang pancangnya tak amblas lagi.

Maka, dedaku Sekjen P4M, Jimhur Saros –yang kebetulan identik dengan nama George Soros–bahwa gerakan P4M yang lillahi ta’ala berniat semata memajukan pulau Madura, tanpa berahi politik dan kekuasaan, telah direstui para kiai, menjadi bekal awal yang sangat tangguh untuk merealisasikan berdirinya Propinsi Madura. Tentu, sebagai orang Madura, kendati berstatus swasta lantaran tinggal di luar pulau Madura, saya sepenuhnya tawadhu’ dan sami’na wa atha’na pada niat suci P4M itu.

Selain ihwal tawadhu’ dan taqlid pada kiai, alasan logis saya mendukung berdirinya Propinsi Madura bukan tentang deviden migas yang hanya 1 persen. Itu sih terlalu menye-menye, Cak. Malu kita yang dikenal religius di bawah lindungan para kiai kekinian kok meributkan duit deviden. Ndak makrifat banget!

Deviden migas itu sama sekali bukan penentu kualitas ekonomi Madura. Cepat atau lambat migas akan habis, setamsil cepat atau lambat Adit Dipantara akan yang-yangan juga. Mau jadi apa coba Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita bila menggantungkan pada deviden migas itu? Bisa miskin sampai harus jual sempak kita, Cak!

Karenanya, lupakan deviden seupil kucing itu. PAD Madura sangat bisa didongkrak melampaui teknopolis Bandung bila kita menerapkan prinsip padat karya yang sejak lama menjadi kekuatan ekonomi orang-orang Madura di manapun. Inilah titik-titik ekonomi padat karya yang harus dikembangkan itu.

Ramuan Madura

Siapa pun Anda, sejauh apa pun dari pulau Madura, asal pernah mendengar nama Madura, niscaya Anda langsung ngeh dengan produk surga yang satu ini.

Saya pernah menulis tentang dahsyatnya khasiat ramuan Madura ini. Lho, lho, tolong, Cak, jangan meremehkan urusan selangkangan gitu, lah. Jika Anda berkenan membaca catatan sejarah paling purba, praktik pembunuhan yang pertama kali terjadi di muka bumi ini, antara Habil dan Qabil, ya sebab urusan selangkangan, lah. Pun jika Anda menelisik sejarah para koruptor kelas megalomania, selalu saja berkorelasi dengan kuantitas selangkangan yang harus diendusnya. Tahu kenapa selangkangan sepenting itu dalam hidup kita? Sebab selangkangan adalah koentji: koentji eksistensial, koentji kehormatan, dan ohyeslah koentji kenikmatan purna yang tahu apalah Agus Mulyadi tentangnya.

Ilustrasi kemukjizatan ramuan Madura itu bila didedahkan akan terbaca sesederhana ini: “Bila perempuan Jawa, Sunda, Padang (dll.) diminta membuat kopi, mereka akan memutar sendok di dalam gelas sedemikian rupa sampai kopi, gula, dan airnya larut. Tetapi bila perempuan Madura diminta membuat kopi, mereka akan memutar-mutar gelasnya sedemikian rupa sampai sendok di dalam gelasnya mlenyok ampun-ampunan.”
Sumber Gambar: kenyoot.blogspot.com

Silakan berimajinasi segeli-gelinya, bagaimanapun Anda takkan pernah bisa merasakan sensasi gelas memutar-mutar sendok hingga mlenyok sampai Anda menyeduh ramuan warisan para leluhur itu. Pada sebungkus ramuan Madura tersimpan misteri “surrealisme-hiperrealitas-seksualitas” yang akan menjadikan Anda setamsil sendok yang ampun-ampunan itu. Penasaran ingin dimlenyokin? Minumlah ramuan Madura.

Dengan melihat pangsa sendok-sendok yang ingin dimlenyoki, sudah pasti customer ramuan Madura akan menggurita. Uang akan mengalir bergaban-gaban. Relasi ramuan Madura dan selangkangan adalah pangsa pasar yang sangat sustainable!

Potong Rambut Madura
Rambut adalah mahkota, begitu ujaran pepatah. Sederhana memang, tetapi kenyataannya semua kita mengamalkannya. Saat akan mengikuti Kampus Fiksi, Agus Mulyadi potong rambut dulu demi mengkilaukan aura mahkotanya dengan harapan ada cewek khilaf yang terpikat. Iqbal Aji Daryono pun selalu menata rambut sebelum menulis status, apalagi keluar rumah. Saya juga begitu, Anda pula. Rambut adalah koentji pemarquez pesona kita.

Silakan survey seluruh kota di Indonesia soal potong rambut ini, niscaya Anda hanya akan menemukan satu brand massal yang berserakan di penjuru-penjuru kota hingga kecamatan-kecamatan, yakni Potong Rambut Madura. Mau model apa, semua salon Madura siap mengijabahi. Dari mohawk, belah tengah, hingga botak.

Jelas pasar ini akan terus membengkak seiring pertumbuhan populasi. Jika satu kepala dipatok 10.000. saja, kalikan berapa juta kepala yang akan selalu berurusan dengan gunting ini. Satu lagi, sepanjang rambut belum dikafirkan atau disalahkan karena Jokowi, pasar ini akan selalu sustainable!

Sate Madura

Saat KFC dan MacD memberikan pelayanan delivery order, sate Madura telah jauh-jauh tahun menjalankannya dengan ikhlas. Mau di penjuru manapun lokasi rumah Anda, sate Madura selalu siap mendatangi dan memenuhi kebutuhan perut Anda, tanpa charge lagi!

Selain sehat dan alami, sate Madura juga rendah hati dalam hal harga. Kekuatan inilah yang menjadikannya selalu terbuka untuk semua kelas konsumen; dari pengusaha yang kelaparan hingga mahasiswa yang kepepet.

Kini bayangkan, membludaknya populasi manusia akan berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan asupan, termasuk sate Madura, sehingga omset sate Madura akan terus menggembung. Sate Madura akan menjadi penyumbang devisa yang sangat sustainable!

Inilah alasan-alasan ilmiah tak terbantahkan untuk mendukung tegaknya Propinsi Madura. Jika Jokowi menolak, apa daya, hanya satu jalan terakhir yang tersisa: JIHAD!

Soal dalil-dalil pengesahnya, semua kiai adalah ahlinya. Sebab mereka adalah ulama dan ulama adalah pewaris nabi dan nabi tak pernah salah. Soal catatan sejarah untuk membenarkannya, tontonlah film Lawrence of Arabia yang sangat inspiratif untuk berkoalisi dengan Thomas Edward Lawrence.
Setuju?

Edi AH Iyubenu, Cerpenis, CEO Divapress, dan Rektor #KampusFiksi.


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment