KABARBANGSA.COM---Di tengah-tengah kesibukannya menjadi seorang Menteri, Hanif Dzakiri mengisi waktu malam hari dengan menulis twitpoet, puisi-puisi yang ditwitkan melalui sebuah twitter. Puisi-puisi pendek hanif ditwitkan dengan hastage #puisimalam yang juga dicc ke akun @nulisbuku
Cara yang demikian sangat inspiratif bagi para pejabat yang selama sehari penuh merealisasikan program-program pemerintah, kemudian di tengah-tengah rasa capek dan lelah, ia kembali kepada jiwa, kepada rasa, kepada puisi.
Berikut puisi-puisi Hanif Dzakiri yang berhasil dikumpulkan oleh tim www.kabarbangsa.com sebagai apresiasi positif yang mungkin dapat ditiru oleh pejabat-pejabat yang lain.
Gerimis jatuh. Tenggelam aku dalam gelap. Bukan mentari tiada. Tapi dirimu sirna. O, sungguh fana manusia.
Berkacalah sekarang juga. Tatap hakikatmu di sana. Masihkah kau bernama manusia? Atau sekedar serupa belaka?
Engkau hadir. Pada setiap gerimis. Jarum-jarumnya lembut. Menusuki hati mili demi mili. Aku berdarah lagi.
Simpan saja basah gerimis hari itu | Di laci hatimu | Lupakan matahari! | Biarkan ia nafasi harimu | Tanpaku
Buru, buang, bui, bunuh! Gelegar katamu. Kau tak takut mati. Pertaruhanmu habis. Lapar! Itulah yang kau takutkan.
Twitpoet tersebut menjadi sarana Hanif untuk menghibur diri daripada twit hal-hal yang kurang penting sebagaimana dilakukan oleh banyak politisi. Tentu juga lebih baik dibanding twitwar yang hanya menghabiskan energi.***(kof)
Cara yang demikian sangat inspiratif bagi para pejabat yang selama sehari penuh merealisasikan program-program pemerintah, kemudian di tengah-tengah rasa capek dan lelah, ia kembali kepada jiwa, kepada rasa, kepada puisi.
Berikut puisi-puisi Hanif Dzakiri yang berhasil dikumpulkan oleh tim www.kabarbangsa.com sebagai apresiasi positif yang mungkin dapat ditiru oleh pejabat-pejabat yang lain.
Gerimis jatuh. Tenggelam aku dalam gelap. Bukan mentari tiada. Tapi dirimu sirna. O, sungguh fana manusia.
Sumber Gambar: jokowinomics.com |
Engkau hadir. Pada setiap gerimis. Jarum-jarumnya lembut. Menusuki hati mili demi mili. Aku berdarah lagi.
Simpan saja basah gerimis hari itu | Di laci hatimu | Lupakan matahari! | Biarkan ia nafasi harimu | Tanpaku
Buru, buang, bui, bunuh! Gelegar katamu. Kau tak takut mati. Pertaruhanmu habis. Lapar! Itulah yang kau takutkan.
Twitpoet tersebut menjadi sarana Hanif untuk menghibur diri daripada twit hal-hal yang kurang penting sebagaimana dilakukan oleh banyak politisi. Tentu juga lebih baik dibanding twitwar yang hanya menghabiskan energi.***(kof)
0 comments :
Post a Comment