Home » » NU Smoking

NU Smoking

Diposkan oleh damar pada Thursday, September 24, 2015 | 2:51 AM

Oleh : Ahmad Muchlish Amrin

Beberapa waktu lalu, saya diundang untuk sebuah acara seminar menulis di Institut Agama Islam Nahdhatul Ulama’ (IAINU), Kebumen. Begitu tiba di halaman kampus berlambang bumi dan bintang sembilan itu, saya memarkir mobil di bawah pohon, tentu di depan kampus tersebut.

Dua orang panitia mendekati saya dan mengajak saya masuk di sebuah kantor Dekanat. Tentu saya mencoba berkenalan dengan beberapa orang panitia. Pak Dekan sedang mengisi sambutan saat itu, saya dipersilahkan duduk di ruang tamu di tempat tersebut, ditemani seorang dosen dan penulis hebat, mas Abdul Waid dan mas Salman Rusydie Anwar.
Sumber Gambar: fuad89edukasi.wordpress.com

Di ruangan ber-AC itu saya melihat sebuah tulisan, “no smoking” tapi saat itu AC sedang tidak dinyalakan, pintu dibuka, dan kami ngobrol santai. Tak lama kemudian pak dekan datang ke ruangan di mana tempat kami berkumpul dan ngobrol bersama beberapa orang di sana. Panitia menyuguhi saya teh dan jajanan ringan.

Kami masih saja asyik ngobrol bersama mereka. Tentu mas Salman Rusydie Anwar yang duduk disamping saya, terlihat sangat ingin sekali merokok, karena melihat tulisan “no smoking” tentu ia berusaha menghormati. Tak lama kemudian, saya iseng mengatakan kepada pak dekan, “Pak, sebagai kampus NU, ada satu hal yang kurang sebagai ciri khas NU.”

Pak Dekan tampak sangat kaget ketika saya mengungkapkan seperti itu, “Apa mas?” ia seraya saling pandang dengan seorang staf yang duduk di sampingnya.

“Tidak menyediakan asbak, pak!”

“Ooooo…! Ada mas.” Lelaki dengan kepala sedikit botak itu segera merogoh ke bawah kursi di mana ia duduk. “Di sini biasanya memang pada merokok. Hehehe! Tapi saya sudah lama berhenti.”

“Tapi ada tulisan itu” saya menunjuk sebuah tulisan “no smoking” yang ditempel di dinding ruangan itu.

“Ooo, tulisan itu hanya berlaku jika AC dinyalakan. Dan biasanya teman-teman jika ingin merokok AC-nya dimatikan dan atau mereka keluar dari ruangan.”

Saya tiba-tiba teringat ungkapan seorang Kiai di Pasuruan Jawa Timur, bahwa bedanya Muhammadiyah dengan NU menurutnya adalah jika NU di masjid bisa merokok dan Muhammadiyah dilarang plus pintunya suka dikunci.

Tentu dapat dimaknai bahwa orang-orang NU menjadi jam'iyah yang tidak fanatik terhadap rokok. Bahkan seorang alumnus kedokteran UGM yang aktif di thariqah NU, Tomy Aditama, mengatakan bahwa merokok dapat menjaga kesehatan paru-paru, jantung, liver, dan ginjal. Nah, saya menduga kiai-kiai NU sudah mengetahui ini dari dulu sehingga rata-rata kiai-kiai NU memiliki asbak jumbo.***


Artikel Terkait:

1 comments :

  1. Rokok kok bisa menyehatkan paru. Ginjal itu kedokteran mana bro? Jangan2 sama fatwa dr yg omong semakin panjanh jenggot semakin guoblooxx.....😃😃😃

    ReplyDelete