Home » » Kisah Inspiratif Seorang Miskin Yang Suka Menggerutu

Kisah Inspiratif Seorang Miskin Yang Suka Menggerutu

Diposkan oleh damar pada Thursday, May 19, 2016 | 6:18 PM

Oleh : Abdullah Khayr

Konon khalifah Umar bin Khattab sering melakukan ronda malam sendirian. Sepanjang malam ia memeriksa keadaan rakyatnya nangsung dari dekat. Ketika melalui sebuah gubuk, khalifah merasa curiga melihat lampu yang masih menyala. Di dalamnya terdengar suara orang berbisik-bisik. Khalifah Umar menghentikan langkahnya. Ia ingin tahu apa yang telah dibicarakandi balik bilik, Khalifah mengintipnya. Tampaknya seorang ibu dan anak perempuannya tengah sibuk mewadahi susu.

“Bu, kita hanya mendapat beberapa kaleng hari ini,” kata anak perempuan itu. “Mungkin karena musim kemarau, susu kambing kita jadi sedikit.”

“Benar anakku,” kata ibunya.

“Tapi, jika padang rumput sudah mulai menghiju lagi pastu kambing-kambing kita akan gemuk. Kita bisa memerah susu sangat banyak,” harap anaknya.

“Hmmm...., sejak ayahmu meninggal, penghasilan kita sangat menurun. Bahkan dari hari ke hari rasanya makin berat saja, aku khawatir kita akan kelaparan,” kata ibunya.

Anak perempuan itu terdiam, tangannya sibuk membereskan kaleng-kaleng yang sudah terisi susu.

Sumber Gambar: mikkesusanto.jogjanews.com
“Nak,” bisik ibunya seraya mendekat.

“Kita campur saja susu itu dengan air, supaya penghasilan kita cepat bertambah.”

Anak perempuan itu tercengang. Ditatapnya wajah ibunya yang keriput. Ah, wajah ibu begitu lelah dan letih menghadapi tekanan hidup yang amat berat. Ada rasa sayang yang begitu besar di hatinya. Namun, ia segera menolak keinginan ibunya.

“Tidak, bu!”” katanya cepat.

”Khalifah melarang keras semua penjual susu mencampur susu dengan air.”

Ia teringat sangsi yang akan dijatuhkan kepada siapa saja yang berbuat curang kepada pembeli.

“Ah! Kenapa kau mendengar khalifah itu?  Setiap hari kita akan miskin dan tidak akan berubah kalau tidak melakukan sesuatu,” gerutu ibunya kesal.

“Ibu, hanya karena kita ingin mendapat keinginan yang besar, lalu kita berlaku curang pada pembeli?”

“Tapi tidak akan ada yang tahu kita mencampuri susu dengan air! Tengah malam begini tak ada yang berani keluar. Khalifah Umar pun tidak akan tahu perbuatan kita,”bkata ibunya tetap memaksa. “Ayolah nak, mumpung tengah malam. Tak ada yang melihat kita!”

“Bu, meskipun tidak ada seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mencammpuri susu dengan air, tapi Allah melihat kita. Allah pasti mengetahui perbuatan kita serapi apapun kita menyembunyikannya,” tegas anak itu. Ibunya hanya menarik napas panjang.

Sungguh kecewa hatinya mendengar anaknya tak mau menuruti suruhannya. Namun, jauh di lubuk hatinya ia begitu kagum akan kejujuran anaknya.

“Aku tidak mau melakukan ketidak jujuran pada waktu ramai maupun sunyi. Aku yakin Allah tetap selalu mengawasi apa yang kita lakukan setiap saat,” kata anak itu.

Tanpa berkata apa-apa, ibunya pergi ke kamar. Sedangkan anaknya menyelesaikan pekerjaannya hingga selesai. Diluar bilik, khalifah Umar tersenyum kagum akan kejujuran perempuan itu.

“Sudah sepantasnya ia mendapatkan hadiah!!” gumam khalifah Umar.

Khalifah umar beranjak meninggalkan gubuk itu. Kemudian ia cepat-cepat pulang ke rumahnya. Keesokan harinya, Khalifah umar memanggil puteranya Ashim bin Umar. Diceritakannya gadis jujur penjual susu itu.

“Anakku, menikahlah dengan gadis itu. Ayah menyukai kejujurannya,” kata khalifah Umar. “Dizaman sekarang, jarang sekali kita jumpai gadis jujur seperti dia. Ia bukan takut pada manusia. Tapi takut pada Allah yang maha melihat.”

Ashim bin Umar menyetujuinya. Beberapa hari kemudian Ashim melamar gadis itu. Betapa terkejut ibu dan anak perempuan itu dengan kedatangan putera Khalifah. Mereka mengkhawatirkan akan ditangkap karena suatu kesalahan. “Tuan, saya dan anak saya tidak pernah melakukan kecurangan dalam menjual susu. Tuan jangan tangkap kami....,” sahut ibu tua ketakutan.

Putera khalifah hanya tersenyum. Lalu mengutarakan maksud kedatangannya hendak menyunting anak gadisnya.

“Bagaimana mungkin? Tuan adalah seorang putera khalirah. Tidak sekayaknya menikahi gadis miskin seperti anakku,” ucap sang ibu dengan perasaan ragu.

“Khalifah adalah orang yang tidak membedakan manusia. Sebab, hanya ketakwaanlah yang meninggikan derajat manusia di sisi Allah,” kata Ashim sambil tersenyum.

“Ya, aku lihat anakmu sangat jujur,” kata khalifah Umar.
Anak gadis itu saling berpandangan dengan ibunya. Bagaimana khalifah tahu? Bukankah selama ini ia belum pernah  mengenal mereka.

“Setiap malam, aku sering berkeliling memeriksa rakyatku. Malam itu, aku mendengar pembicaraan kalian…,” jelas Khalifah Umar.

Ibu itu bahagia sekali. Khalifah Umar ternyata sangat bijaksana. Menilai seseorang bukan dari kekayaannya tapi dari kejujurannya. Sesudah Ashim menikah dengan gadis itu, kehidupan mereka sangat bahagia. Keduanya membahagiakan orang tua dengan penuh kasih saying. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai anak, dan cucunya kelak akan menjadi orang besar dan pemmimpin bangsa Arab. (Disadur dari kitab Ushfuriyyah).***


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment