Oleh : Damar Permata
Pernahkah anda bayangkan jika orang yang mampu menahan marah sesungguhnya orang yang memiliki pribadi yang lebih baik? Mungkin saja ketika anda bertengkar dengan pasangan anda, entah itu istri anda atau pacar anda, seolah-olah anda ingin memukul, memaki, mencaci dan sebagainya. Sebab seolah-olah muncul dari dalam diri anda, ketika anda mampu memaki, mencaci, bahkan memukul ketika marah, seolah-olah anda adalah orang yang gagah. Padahal tidak. Ketika anda sedang marah, berarti anda sedang kalah pada dorongan energi negatif dalam diri anda.
Banyak sekali peristiwa yang terjadi dalam kehidupan keseharian anda yang dilanda oleh berbagai kemarahan. Cobalah anda hitung, mulai dari jam enam pagi sampai jam enam pagi esok harinya, berapa kali anda marah? Kalau perlu anda menggunakan catatan khusus yang menghitung kemarahan anda. Ketika istri anda memasak tidak sesuai dengan taste anda, maka anda marah. Ketika tetangga anda datang ke rumah anda dan tidak sesuai dengan keinginan anda, maka anda marah. Ketika relasi bisnis anda berbuat sesuatu yang merugikan anda, maka anda marah. Ketika anda dibiasakan dengan pola marah dalam hidup anda, maka setiap saat anda menjadi pemarah.
Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah Saw. Bersabda: “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai,” (H.R. Ahmad). Orang yang mudah marah tentu saja selalu akan dihadapkan pada berbagai masalah dengan orang lain, dan akan semakin sulit untuk membiarkan orang lain melakukan sesuatu yang menurut Anda tidak cocok. Tidakkah anda sadar bahwa kebebasan anda sangat dibatasi oleh kebebasan orang lain. Ketika seseorang berbuat sesuatu dan menurut orang itu sangat tepat, bisa saja hal itu berbentur dengan kecenderungan anda. Jika anda tidak menyadarinya, maka anda akan marah pada orang tersebut.
Saya yakin, orang yang terlalu mudah marah, menandakan ada masalah dengan dirinya sendiri. Pada mulanya berawal dari pikiran anda yang menjadikan diri anda seolah-olah besar, tanpa salah, padahal semua manusia penuh dengan kesalahan dan kekeliruan. Jika anda memelihara pikiran-pikiran sensitif yang bisa mengarah pada kemarahan, maka tentu saja pada akhirnya akan menciptakan sebuah kebiasaan (habit) yang nantinya akan berakibat buruk dalam hidup anda. John C. Maxwell (2000:98) mengatakan bahwa pikiran berlanjut ke ucapan terus ke perbuatan. Jika rangkaian ini terus dilakukan dapat membentuk kebiasaan yang menghasilkan karakter seseorang dan akhirnya menentukan destiny (nasib)nya.
Ketika pikiran-pikiran negatif yang memancing kemarahanmu kemudian beranjak menjadi sebuah ucapan, lalu menjadi perbuatan yang negatif, maka tentu saja nantinya anda akan terbiasa dengan hal-hal yang negatif pula. Padahal kehidupan di dunia ini sangat kompleks dan orang-orang yang ada di sekitar anda tentu saja memiliki pola pikir yang berbeda dengan anda. Itulah sebabnya mengapa anda membutuhkan sebuah cara berpikir yang bisa memaafkan, bisa mengerti, bisa meridhai terhadap tingkah orang lain, meskipun tingkah itu tidak anda sukai. Anda membutuhkan cara untuk memaklumi orang lain. Untuk itulah, dalam buku ini ada beberapa konteks kemarahan yang bisa anda tahan, dan nantinya akan membuat kehidupan anda lebih nyaman. Inilah gambaran umum yang akan menjadi pembahasan dalam buku ini.
1. Kemarahan dalam ruang lingkup rumah tangga
Tidakkah anda mendengar berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)? Tentu saja kasus tersebut dimulai dari sensitivitas dan kedangkalan diri yang dimiliki oleh pelakunya sehingga mereka tidak bisa menahan berbagai lonjakan emosi yang menerpanya. Seorang laki-laki kadang beranggapan bahwa perempuan dalam konteks ini sitri menduduki kelas dua dalam rumah tangga. Kadang kala seorang laki-laki merasa menjadi kelas pertama yang seolah-oleh segala tingkah lakunya benar terus menerus. Apabila dikritik oleh sang istri, seolah-olah istri sedang melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Peristiwa ini acapkali terjadi dalam rumah tangga anda. Anehnya, ketika muncul sebuah masalah dan seorang istri mengeluarkan sebuah argumentasi logis, seolah-olah sang isteri telah berani pada suami, sehingga dengan serta merta suami merasa diinjak-injak harga dirinya. Sensitivitas semacam inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang yang ingin membangun rumah tangganya menjadi lebih baik. Seorang suami juga manusia yang tak luput dari kesalahan, kekeliruan, lupa, dan lain sebagainya. Jadi, bagaimana anda menciptakan ruang rumah tangga anda saling mengisi dan saling memberi masukan agar lambat laun semakin membaik.
Banyaknya kasus yang menimpa rumah tangga di seluruh Indonesia disebabkan karena faktor dangkalnya pengelolaan emosi yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga. Banyaknya masalah yang kemudian berujung pada perceraian, bermula dari krisis manajemen yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, baik itu dari para suami dan istri yang abai dalam mengaturnya. Setiap orang yang menjalani kehidupan rumah tangga juga membutuhkan musyawarah yang rutin, agar semua kesalahan dan kekeliruan bisa dirembuk bersama. Adanya musyawarah, kemungkinan besar bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan dalam hidup anda.
2. Kemarahan dalam ruang lingkup bisnis
Ketika relasi anda melakukan sebuah kesalahan terhadap anda, apa yang anda lakukan terhadap relasi anda? Memutus hubungan dengan para relasi anda? Kemudian anda mencari relasi yang lain? Atau anda kemudian berupaya untuk mengkomunikasikannya lebih baik sehingga hubungan baik anda terus menerus terjalin? Kadangkala anda tidak berpikir matang dalam menjalin hubungan bisnis. Ketika ada masalah dengan banyak orang, kemudian anda muring-muring, sehingga relasi anda sangat malas bekerjasama dengan anda dan bisnis yang anda garap kemudian menjadi fatal.
Bagaimana jika anda menjadi seorang bos, kemudian anda memarahi karyawan anda bahkan kalau perlu anda menuding-nuding dengan tangan kiri dengan mata melotot lebar. Tentu anda merasakan capek. Maka anda sebagai seorang bos tentu saja harus memiliki cara berpikir bos. Anda berupaya untuk membangun pengertian, cobalah anda tanyakan pada karyawan anda, mengapa kesalahan itu terjadi? Apakah kesalahan itu terjadi karena kelalaian karyawan anda? Jika hal itu benar, maka karyawan anda akan merasa senang karena anda mencoba memberikan kritik yang lebih baik terhadap karyawan anda tanpa anda harus marah. Bahkan kalau perlu anda mengkritik dengan senyum.
3. Kemarahan dalam ruang lingkup bertetangga.
Dalam kehidupan sosial, anda tidak ingin punya masalah dengan orang lain, akan tetapi tetangga anda yang kadangkala menciptakan masalah, yang dengan sendirinya anda bisa marah. Akan tetapi jika anda menyikapinya dengan cara yang marah, justeru masalah itu tidak akan selesai. Justeru akan menambah masalah baru yang akan lebih pelik. Sungguh masalah itu tidak bisa diselesaikan dengan cara menambah masalah. Jika anda memiliki pola pengaturan emosi yang baik, tentu saja anda bisa menyelesaikan masalah anda dengan baik.
Suatu waktu, ada seorang tetangga yang berhutang beras pada Ibu saya, sebagai seorang pedagang sembako, tentu saja Ibu saya menyediakannya dengan harga yang sama dengan membeli cash. Akan tetapi karena tetangga saya itu berhutangnya sudah lama dan sudah jatuh tempo, Ibu saya menagihnya. Apa justeru yang terjadi? Ketika tetangga saya itu ditagih, ternyata marah terhadap Ibu saya. Lalu Ibu saya mengatakan padanya, “kalau ditagih anda marah, maka ingatlah sebagaimana anda baru ingin menghutang,”. Ibu mengatakannya dengan senyum. Ungkapan itu kemudian membangkitkan kesadarannya, tetangga saya itu kemudian meminta maaf kepada Ibu saya.
Itu haya sekedar gambaran umum tentang bagaimana seseorang tidak kuat menahan amarahnya. Cobalah anda bayangkan, kadangkala dalam diri anda banyak suara-suara yang mendorong anda untuk menahan amarah dan di tempat lain mendukung anda untuk marah. Dua kekuatan positif dan negatif itu terus menerus menciptakan kekuatan yang keduanya saling berupaya mengambil posisi. Untuk itulah jika kekuatan positifnya yang dominan, maka anda berupaya untuk mengekang kekuatan negatif itu. Namun ketika kekuatan negatif yang lebih kuat, maka kekuatan positif anda akan tergusur. Anda akan selalu menjadi pemarah.***
Pernahkah anda bayangkan jika orang yang mampu menahan marah sesungguhnya orang yang memiliki pribadi yang lebih baik? Mungkin saja ketika anda bertengkar dengan pasangan anda, entah itu istri anda atau pacar anda, seolah-olah anda ingin memukul, memaki, mencaci dan sebagainya. Sebab seolah-olah muncul dari dalam diri anda, ketika anda mampu memaki, mencaci, bahkan memukul ketika marah, seolah-olah anda adalah orang yang gagah. Padahal tidak. Ketika anda sedang marah, berarti anda sedang kalah pada dorongan energi negatif dalam diri anda.
Banyak sekali peristiwa yang terjadi dalam kehidupan keseharian anda yang dilanda oleh berbagai kemarahan. Cobalah anda hitung, mulai dari jam enam pagi sampai jam enam pagi esok harinya, berapa kali anda marah? Kalau perlu anda menggunakan catatan khusus yang menghitung kemarahan anda. Ketika istri anda memasak tidak sesuai dengan taste anda, maka anda marah. Ketika tetangga anda datang ke rumah anda dan tidak sesuai dengan keinginan anda, maka anda marah. Ketika relasi bisnis anda berbuat sesuatu yang merugikan anda, maka anda marah. Ketika anda dibiasakan dengan pola marah dalam hidup anda, maka setiap saat anda menjadi pemarah.
Dalam riwayat Abu Said al-Khudri Rasulullah Saw. Bersabda: “Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat meridlai,” (H.R. Ahmad). Orang yang mudah marah tentu saja selalu akan dihadapkan pada berbagai masalah dengan orang lain, dan akan semakin sulit untuk membiarkan orang lain melakukan sesuatu yang menurut Anda tidak cocok. Tidakkah anda sadar bahwa kebebasan anda sangat dibatasi oleh kebebasan orang lain. Ketika seseorang berbuat sesuatu dan menurut orang itu sangat tepat, bisa saja hal itu berbentur dengan kecenderungan anda. Jika anda tidak menyadarinya, maka anda akan marah pada orang tersebut.
Saya yakin, orang yang terlalu mudah marah, menandakan ada masalah dengan dirinya sendiri. Pada mulanya berawal dari pikiran anda yang menjadikan diri anda seolah-olah besar, tanpa salah, padahal semua manusia penuh dengan kesalahan dan kekeliruan. Jika anda memelihara pikiran-pikiran sensitif yang bisa mengarah pada kemarahan, maka tentu saja pada akhirnya akan menciptakan sebuah kebiasaan (habit) yang nantinya akan berakibat buruk dalam hidup anda. John C. Maxwell (2000:98) mengatakan bahwa pikiran berlanjut ke ucapan terus ke perbuatan. Jika rangkaian ini terus dilakukan dapat membentuk kebiasaan yang menghasilkan karakter seseorang dan akhirnya menentukan destiny (nasib)nya.
Sumber Gambar: www.kompasiana.com |
1. Kemarahan dalam ruang lingkup rumah tangga
Tidakkah anda mendengar berbagai kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)? Tentu saja kasus tersebut dimulai dari sensitivitas dan kedangkalan diri yang dimiliki oleh pelakunya sehingga mereka tidak bisa menahan berbagai lonjakan emosi yang menerpanya. Seorang laki-laki kadang beranggapan bahwa perempuan dalam konteks ini sitri menduduki kelas dua dalam rumah tangga. Kadang kala seorang laki-laki merasa menjadi kelas pertama yang seolah-oleh segala tingkah lakunya benar terus menerus. Apabila dikritik oleh sang istri, seolah-olah istri sedang melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Peristiwa ini acapkali terjadi dalam rumah tangga anda. Anehnya, ketika muncul sebuah masalah dan seorang istri mengeluarkan sebuah argumentasi logis, seolah-olah sang isteri telah berani pada suami, sehingga dengan serta merta suami merasa diinjak-injak harga dirinya. Sensitivitas semacam inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang yang ingin membangun rumah tangganya menjadi lebih baik. Seorang suami juga manusia yang tak luput dari kesalahan, kekeliruan, lupa, dan lain sebagainya. Jadi, bagaimana anda menciptakan ruang rumah tangga anda saling mengisi dan saling memberi masukan agar lambat laun semakin membaik.
Banyaknya kasus yang menimpa rumah tangga di seluruh Indonesia disebabkan karena faktor dangkalnya pengelolaan emosi yang dilakukan oleh masing-masing rumah tangga. Banyaknya masalah yang kemudian berujung pada perceraian, bermula dari krisis manajemen yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, baik itu dari para suami dan istri yang abai dalam mengaturnya. Setiap orang yang menjalani kehidupan rumah tangga juga membutuhkan musyawarah yang rutin, agar semua kesalahan dan kekeliruan bisa dirembuk bersama. Adanya musyawarah, kemungkinan besar bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan dalam hidup anda.
2. Kemarahan dalam ruang lingkup bisnis
Ketika relasi anda melakukan sebuah kesalahan terhadap anda, apa yang anda lakukan terhadap relasi anda? Memutus hubungan dengan para relasi anda? Kemudian anda mencari relasi yang lain? Atau anda kemudian berupaya untuk mengkomunikasikannya lebih baik sehingga hubungan baik anda terus menerus terjalin? Kadangkala anda tidak berpikir matang dalam menjalin hubungan bisnis. Ketika ada masalah dengan banyak orang, kemudian anda muring-muring, sehingga relasi anda sangat malas bekerjasama dengan anda dan bisnis yang anda garap kemudian menjadi fatal.
Bagaimana jika anda menjadi seorang bos, kemudian anda memarahi karyawan anda bahkan kalau perlu anda menuding-nuding dengan tangan kiri dengan mata melotot lebar. Tentu anda merasakan capek. Maka anda sebagai seorang bos tentu saja harus memiliki cara berpikir bos. Anda berupaya untuk membangun pengertian, cobalah anda tanyakan pada karyawan anda, mengapa kesalahan itu terjadi? Apakah kesalahan itu terjadi karena kelalaian karyawan anda? Jika hal itu benar, maka karyawan anda akan merasa senang karena anda mencoba memberikan kritik yang lebih baik terhadap karyawan anda tanpa anda harus marah. Bahkan kalau perlu anda mengkritik dengan senyum.
3. Kemarahan dalam ruang lingkup bertetangga.
Dalam kehidupan sosial, anda tidak ingin punya masalah dengan orang lain, akan tetapi tetangga anda yang kadangkala menciptakan masalah, yang dengan sendirinya anda bisa marah. Akan tetapi jika anda menyikapinya dengan cara yang marah, justeru masalah itu tidak akan selesai. Justeru akan menambah masalah baru yang akan lebih pelik. Sungguh masalah itu tidak bisa diselesaikan dengan cara menambah masalah. Jika anda memiliki pola pengaturan emosi yang baik, tentu saja anda bisa menyelesaikan masalah anda dengan baik.
Suatu waktu, ada seorang tetangga yang berhutang beras pada Ibu saya, sebagai seorang pedagang sembako, tentu saja Ibu saya menyediakannya dengan harga yang sama dengan membeli cash. Akan tetapi karena tetangga saya itu berhutangnya sudah lama dan sudah jatuh tempo, Ibu saya menagihnya. Apa justeru yang terjadi? Ketika tetangga saya itu ditagih, ternyata marah terhadap Ibu saya. Lalu Ibu saya mengatakan padanya, “kalau ditagih anda marah, maka ingatlah sebagaimana anda baru ingin menghutang,”. Ibu mengatakannya dengan senyum. Ungkapan itu kemudian membangkitkan kesadarannya, tetangga saya itu kemudian meminta maaf kepada Ibu saya.
Itu haya sekedar gambaran umum tentang bagaimana seseorang tidak kuat menahan amarahnya. Cobalah anda bayangkan, kadangkala dalam diri anda banyak suara-suara yang mendorong anda untuk menahan amarah dan di tempat lain mendukung anda untuk marah. Dua kekuatan positif dan negatif itu terus menerus menciptakan kekuatan yang keduanya saling berupaya mengambil posisi. Untuk itulah jika kekuatan positifnya yang dominan, maka anda berupaya untuk mengekang kekuatan negatif itu. Namun ketika kekuatan negatif yang lebih kuat, maka kekuatan positif anda akan tergusur. Anda akan selalu menjadi pemarah.***
0 comments :
Post a Comment