KABARBANGSA.COM---Tidak sedikit ustadz-ustadz dadakan yang dengan seenaknya sendiri menggunakan dalil tanpa mengerti benar kontekstualisasinya. Meskipun dalil yang tidak terkait dengan politik, kemudian digunakan untuk kepentingan politik. Itulah ustadz dadakan di negeri kita yang tentu sangat miris.
Baca juga: Gus Sahal: Ustadz-Ustadz di TV Banyak Yang Ilmu dan Akhlaknya Rendah
Realitas itu mendapatkan tanggapan serius dari Gus Sahal, yang kebetulan head to head dengan ustadz al-Habsyi yang di akun twitternya @ustadz_alhabsyi mengutip hadits : "sesungguhnya Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil.", hadist tersebut kemudian dikaitkan dengan pilkada DKI yang terkait dengan No. urut 1 dan No. Urut 3, yang ditempati Agus dan Anies.
Gus Sahal melalui akun twitternya @sahal_AS menanggapi cuitan al-Habsyi: Ini contoh PEMBODOHAN pd umat pake dalil agama. Hadits ini sebenarnya ttg Asma'ul Husna, tp dimanipulasi demi kepentingan politik Pilkada.
Baca juga: Nabi Muhammad Liberal
Itulah sebabnya, setiap orang yang ingin menjadi da'i harus mempersiapkan terlebih dahulu, agar fatwa-fatwa yang dikeluarkannya tidak "ngawur". Semua dalil-dalil agama yang keluar atau turun ke publik memiliki konteksnya sendiri yang kemudian dikenal dengan asbabu al-nuzul dan azbabu al-wurud sehingga orang yang memakai dalil tersebut tidak lepas konteks.
Pendalaman ilmu pengetahuan setiap kita penting dilakukan, agar setiap orang tidak berhenti belajar dan tidak sembarang mengeluarkan fatwa.***
Baca juga: Gus Sahal: Ustadz-Ustadz di TV Banyak Yang Ilmu dan Akhlaknya Rendah
 |
| Sumber Gambar: okezone.com |
Gus Sahal melalui akun twitternya @sahal_AS menanggapi cuitan al-Habsyi: Ini contoh PEMBODOHAN pd umat pake dalil agama. Hadits ini sebenarnya ttg Asma'ul Husna, tp dimanipulasi demi kepentingan politik Pilkada.
Baca juga: Nabi Muhammad Liberal
Itulah sebabnya, setiap orang yang ingin menjadi da'i harus mempersiapkan terlebih dahulu, agar fatwa-fatwa yang dikeluarkannya tidak "ngawur". Semua dalil-dalil agama yang keluar atau turun ke publik memiliki konteksnya sendiri yang kemudian dikenal dengan asbabu al-nuzul dan azbabu al-wurud sehingga orang yang memakai dalil tersebut tidak lepas konteks.
Pendalaman ilmu pengetahuan setiap kita penting dilakukan, agar setiap orang tidak berhenti belajar dan tidak sembarang mengeluarkan fatwa.***
0 comments :
Post a Comment