Oleh : Ahmad Bayhaki
Seiring bergemanya takbir Hari Kemenangan, hal yang lumrah diupayakan umat Muslim di seluruh dunia ialah membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah lalu. Hal itu biasa dilakukan dengan cara memohon maaf, baik kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia. Dari sini, barangkali tidak akan menjadi hal yang sia-sia bagi kita, manakala menambahkan nilai-nilai kebaikan yang lain. Salah satu dari sekian banyak kebaikan yang bisa kita tanam di momen Idul Fitri ini, ialah sikap berani.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berani bermakna: mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut). Pada gilirannya, apabila kita uraikan lebih jauh, sikap berani rupanya tak sesederhana itu.
Bagi para pemuda yang hendak memulai suatu usaha, sikap berani tentu amat sangat penting dijadikan prinsip. Lazimnya, apa yang menghalangi langkah pertamanya ialah perasaan ragu. Untuk itu, keberanian dalam menghilangkan keraguan di hati, menjadi kunci utama kesuksesannya.
Kemudian buat para kaum single alias jomblo, sikap berani juga tak kalah pentingnya untuk memulai suatu hubungan. Bagaimana mungkin status yang banyak ditakutkan––meski sejatinya tak perlu ditakutkan––kalangan muda itu akan terhapus jika tak ada upaya untuk menyatakannya. Maka, ketika sikap berani tak menjadi pegangan, janganlah terburu berkhayal tentang masa depan yang indah bersama kekasih, apalagi berkhayal tentang indahnya––atau mungkin buruknya––berselingkuh.
Sekali lagi, sikap berani tidaklah sesempit yang kita duga. Apabila ia sudah menjadi prinsip, maka tak salah jika kita berharap kehidupan ini akan terus membaik dan membaik. Bila selama ini kita adalah seorang pendosa yang merasa tak akan pernah diampuni oleh Sang Maha Kuasa, maka yang kita perlu lakukan pertama kali ialah menjadi seorang yang berani untuk berubah. Untuk berubah, kita tahu, sama sekali tak ada kata terlambat.
Begitulah. Tulisan singkat ini, akan saya tutup dengan kata-kata motivasi Mario Teguh yang kerap disampaikan dalam beberapa kesempatan: “Layaknya butir demi butir biji jagung yang hendak berubah menjadi popcorn, seorang pemuda terkadang perlu meledak untuk merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.”***
Kamar L, 16 Juli 2015
Seiring bergemanya takbir Hari Kemenangan, hal yang lumrah diupayakan umat Muslim di seluruh dunia ialah membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah lalu. Hal itu biasa dilakukan dengan cara memohon maaf, baik kepada Allah SWT, maupun kepada sesama manusia. Dari sini, barangkali tidak akan menjadi hal yang sia-sia bagi kita, manakala menambahkan nilai-nilai kebaikan yang lain. Salah satu dari sekian banyak kebaikan yang bisa kita tanam di momen Idul Fitri ini, ialah sikap berani.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata berani bermakna: mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb; tidak takut (gentar, kecut). Pada gilirannya, apabila kita uraikan lebih jauh, sikap berani rupanya tak sesederhana itu.
Sumber Gambar: viva.co.id |
Bagi para pemuda yang hendak memulai suatu usaha, sikap berani tentu amat sangat penting dijadikan prinsip. Lazimnya, apa yang menghalangi langkah pertamanya ialah perasaan ragu. Untuk itu, keberanian dalam menghilangkan keraguan di hati, menjadi kunci utama kesuksesannya.
Kemudian buat para kaum single alias jomblo, sikap berani juga tak kalah pentingnya untuk memulai suatu hubungan. Bagaimana mungkin status yang banyak ditakutkan––meski sejatinya tak perlu ditakutkan––kalangan muda itu akan terhapus jika tak ada upaya untuk menyatakannya. Maka, ketika sikap berani tak menjadi pegangan, janganlah terburu berkhayal tentang masa depan yang indah bersama kekasih, apalagi berkhayal tentang indahnya––atau mungkin buruknya––berselingkuh.
Sekali lagi, sikap berani tidaklah sesempit yang kita duga. Apabila ia sudah menjadi prinsip, maka tak salah jika kita berharap kehidupan ini akan terus membaik dan membaik. Bila selama ini kita adalah seorang pendosa yang merasa tak akan pernah diampuni oleh Sang Maha Kuasa, maka yang kita perlu lakukan pertama kali ialah menjadi seorang yang berani untuk berubah. Untuk berubah, kita tahu, sama sekali tak ada kata terlambat.
Begitulah. Tulisan singkat ini, akan saya tutup dengan kata-kata motivasi Mario Teguh yang kerap disampaikan dalam beberapa kesempatan: “Layaknya butir demi butir biji jagung yang hendak berubah menjadi popcorn, seorang pemuda terkadang perlu meledak untuk merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.”***
Kamar L, 16 Juli 2015
0 comments :
Post a Comment