Home » » Andrea Pirlo, Bintang Kejora dari Lombardia

Andrea Pirlo, Bintang Kejora dari Lombardia

Diposkan oleh damar pada Tuesday, July 7, 2015 | 2:36 PM

Oleh : Ahmad Muchlish Amrin

Andrea Pirlo adalah penyair lapangan hijau yang sangat disegani oleh profesor dari Catalan yang baru saja hengkang ke Qatar, Xavi Hernandez.

Dua profesor Italia dan Spanyol ini sama-sama menangis di saat mengakhiri laga final Liga Champion 2014-2015, yang mempertemukan Juventus dan Barcelona. Meski degub air mata itu memiliki latar yang berbeda; yang satu bahagia sedang yang lainnya (mungkin) rasa sedih.
pirlo
Sumber Gambar: 365dm.com

Tetapi ternyata tetes air mata itu dapat dimaknai berbeda. Keduanya menangis karena laga final Liga Champion 2014-2015, adalah akhir dari masa pengabdian keduanya di club masing-masing.
Kepergian Xavi ke Qatar dan kepergian Pirlo ke MLS memiliki kesan tersendiri. Keduanya adalah gelandang tengah yang hebat. Keduanya adalah profesor. Keduanya adalah pemain bintang. Dan tentu para Juventini dan Catalonia di seluruh dunia merasa kehilangan sosok penyair lapangan yang genius.

Namun, raung kepergian Pirlo dari Italia, rasanya agak mirip dengan letupan penyair kebanggaan Italia, Dante Alighieri (1265-1321) dalam karyanya Purgatorio;

Dan Aku: berkelana di tengah-tengah Tuscany
Aliran kecil yang terlahir di Falterona,
Dan seratus mil pun tidak pernah cukup untuknya;
Dari sana lah raga ini kubawa.


Di usianya yang ke 36, Pirlo sadar bahwa ia harus pergi. Tetapi ia percaya bahwa dirinya masih bisa bermain sepak bola. Kepergiannya ke MLS, menjadi bukti bahwa jiwanya tidak bisa berpisah dengan sepak bola. Dan semua orang tahu, Pirlo bukan sekedar pemain tengah kebanggaan AC Milan dan Juventus, tetapi ia adalah gelandang tengah yang dibanggakan masyarakat Italia.

Seusai piala dunia tahun lalu, ia juga menyatakan pensiun dari Timnas Italia. Ia percaya bahwa keputusan dirinya adalah keputusan yang sangat tepat, sebab sebagai Dante, ia harus menjalani sebuah kelana yang lebih jauh lagi. Ia akan menemukan sepak bola di dalam lapangan dan sepak bola di luar lapangan.

Berkelana sepanjang 100 mil tentu tidaklah cukup untuk Pirlo. Ia butuh berkelana lebih jauh lagi, membawa jiwa dan raga. Ia ingin melihat kembali dirinya yang sesungguhnya. Ia pergi jauh ke luar benua Eropa, apakah sosok bintang yang disandang selama ini di Eropa, membuktikan bahwa dirinya benar-benar bintang kejora yang terus menerus bisa berpendar.

Tahun-tahun sebelumnya, Pirlo telah membuktikan. Ia adalah mega bintang di AC Milan, kemudian ia pergi membuntuti si Nyonya Tua, Juventus. Dan ia pun benar-benar menunjukkan kepada para pecintanya di seluruh dunia, bahwa ia tetaplah Pirlo yang genius, ia tetaplah Pirlo yang seorang mega bintang, ia memberikan banyak trophy pada si Nyonya Tua.

***
pirlo
Sumber Gambar: celebritybest.info

Lombardia, tempat kelahiran Andrea Pirlo, terletak di bagian utara negara Italia. Milan adalah Ibukota kebanggaannya. Itulah sebabnya, profesor Pirlo berlabuh di Club milik Berlusconi, AC Milan, yang bertempat di kota Milan. Kemudian di pertengahan kariernya, ia memutuskan untuk pindah ke Juventus.
Lombardia adalah kawasan kaya. Penduduknya memiliki pendapatan perkapita 30% lebih tinggi dari kawasan-kawasan yang lain. Banyak perusahaan-perusahaan lokal dan nasional tumbuh dan berkembang di sana.

Pirlo tumbuh dan besar di kota itu. Ia menghirup angin segar kehidupan Lombardia yang damai. Kini kepergiannya ke Amerika semacam kepergian untuk menyepi dari sebuah hiruk pikuk dan keramaian. Ia menuju sebuah kesunyian dan keindahan yang lain. Bersama Frank Lampard dan David Villa, ia melanjutkan gema jiwanya yang terus berderu, seperti deru jiwa Pablo Neruda:

Maka seperti tergambar pada takdirku,
tanpa henti-hentinya aku mesti mendengarkan dan menjaga
keluh kesah laut dalam kesadaranku,
mesti merasakan empasan ombak
dan mengumpulkannya dalam gelas abadi
sehingga di mana pun, barangkali yang di dalam penjara,
di mana pun mereka menderita hukuman pada musim gugur,
aku mungkin hadir bersama gelombang pesan,
aku mungkin keluar-masuk melalui jendela
dan karena mendengarkanku, berpasang mata akan mengangkat dirinya
bertanya: bagaimana aku dapat sampai ke laut?

Sumenep, Juli 2015






Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment