KABARBANGSA.COM---Muktamar NU yang akan berlangsung pada tanggal 1-5 Agustus 2015, membuhulkan
issue yang menegangkan. Ada tiga kandidat yang kuat yang digadang-gadang akan menjadi ketua PBNU. Tiga kandidat itu diantaranya adalah cucu pendiri NU KH. Hasyim Asy'arie yang sekaligus adik dari mantan Presiden RI-5 KH. Abdurrahman Wahid, yaitu KH. Shalahuddin Wahid atau sering dipanggil Gus Sholah. (
Baca juga: Mbah Hasyim, NU, dan Virus Fanatisme)
Kandidat kedua adalah KH. Said Aqiel Siraj, sedang kandidat ketiga adalah Said Ali. Issue sudah berkembang sedemikian rupa melalui media lokal dan nasional. Bahkan sistem pemilihan Organisasi terbesar Islam di Indonesia itu masih dirumuskan, sebagian menginginkan pemilihan secara langsung, sedangkan yang lainnya ingin menggunakan sistem
ahlul halli wal aqdi (AHWA) atau lebih dikenal sistem formatur. (
Baca juga: NU dan Paradigma Islam Nusantara)
Sistem pemilihan ini, pernah dipakai pada masa peralihan dari Sayyidina Utsman bin Affan sebagai khalifah ke Sayyidina Ali. Sistem AHWA dipakai ketika itu, karena situasi krusial merundung umat Islam, tersebab Utsman bin Affan dibunuh.
Apakah sistem itu akan dipakai, karena politik transaksional sudah mendarah daging dalam kehidupan bangsa ini. Sehingga kiai-kiai NU juga dikhawatirkan akan mendapatkan dampaknya. Bisa jadi
"money politic" juga berkembang biak di dalam muktamar, karena faktor ada kekuatan-kekuatan eksternal yang mendukung di belakangnya.
Sementara kandidat Rois Syuriah terkuat dipengang oleh KH. Musthafa Bisri (Gusmus) dan KH. Hasyim Muzadi. Gusmus sampai saat ini, belum terdengar menggunakan politik kotor dalam prosesnya menjadi pengurus struktur NU, sementara Pak Hasyim, Muktamar di Solo menjadi pelajaran penting, ketika dirinya bersaing dengan mendiang Gusdur di bursa tanfidziyah.***
Artikel Terkait:
0 comments :
Post a Comment