Judul : Jadikan Rumahmu seperti Surga
Penulis : Ummi Salamah
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I, Maret 2015
Tebal : 204
Peresensi : Masrodi Uhibbu
Rumah adalah salah satu bentuk eksistensi manusia, lebih tepatnya eksistensi dari fitrah manusia yang hidup berpasang-pasangan atau berkeluarga. Memiliki rumah adalah impian semua orang. Namun tidak semua orang mampu menjangkau kebutuhan primer tersebut. hal ini dikarenakan harga rumah yang semakin meningkat, tanpa diikuti peningkatan pendapatan masyarakat merupakan persoalan klasik, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Buku ini memberikan arahan supaya, kita yang masih diberi kesempatan memiliki rumah untuk senantiasa bersyukur. Sebab, rumah merupakan nikmat atau anugerah Tuhan yang dapat difungsikan ke berbagai hal, mulai dari tempat berteduh dan istirahat, makan dan minum, serta menjadi perlindungan privasi manusia. Dengan adanya rumah kita mendapat perlindungan dari dunia luar. Jika kita tidak memiliki rumah, lalu apalagi yang dapat melindungi kita dari dunia luar?
Renungkan sejenak, nasib orang-orang yang tidak memiliki rumah. Seperti yang kita kenal dengan sebutan tuna wisma. Maka, nikmat itu akan semakin terasa bagi kita. bayangkan bahwa mereka adalah kita sendiri, tidur dan istirahat di tempat yang tidak menentu. Bahkan tempat-tempat tidak layak ditempati seperti kolong jembatan, gorong-gorong, emperan toko, dan semacamnya. Seolah-olah di mana-pun berada tak ubahnya sebagai orang asing di negeri sendiri. Sekalipun mendapat tumpangan rumah, tentu rumah orang lain tidak senyaman rumah kita sendiri. Memang kita cenderung akan merasakan betapa besar nikmat itu, ketika sudah kehilangannya atau nikmat itu rusak. Tidak adanya rumah berarti hadirnya penderitaan, sebaliknya dengan adanya rumah adalah hadirnya kebahagiaan. (Hal 25)
Rumah tidak hanya sebagai kebutuhan jasmani berupa perlindungan dari panas, hujan, dan dingin seperti yang kita ketahui, melainkan juga kebutuhan psikologis kehidupan berkeluarga. Misalnya, yang harus terpenuhi di dalam arti rumah itu sendiri adalah ketenteraman dan kedamaian supaya rumah itu benar-benar menjadi nikmat atau sebagai surga kita di dunia. Dalam UUD 1945 Pasal 28 h, dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang sehat serta memperoleh layanan kesehatan. Hal itu juga ditegaskan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Isu tentang rumah yang layak juga sejak lama menjadi perhatian Internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948, Deklarasi Vancouver tentang Perumahan dan Permukiman tahun 1976, serta Agenda Habitat tahun 1996 mengakui dengan tegas bahwa rumah dengan lingkungan yang baik merupakan hak dasar setiap orang.
Pemerintah Indonesia juga menyadari hal itu. sejak tahun 1970-an, berbagai program dengan segala macam inovasi dan kebijakan disusun, khususnya untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), termasuk pekerja buruh. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dinyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah dan mewujudkan kota yang bersih diperlukan pembangunan 1’2 juta unit rumah per tahun.
Cita-cita tersebut ditegaskan kembali dalam salah satu Nawacita Presiden Joko Widodo dalam wujud Program Pembangunan Sejuta Rumah untuk Rakyat. Dengan terpenuhinya kebutuhan rumah yang akan menjadi aset penting bagi masyarakat MBR dan buruh, program ini akan menjadi instrumen peningkatan rakyat.
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang mencerminkan budaya bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan menjadi tanggung jawab semua pihak, sebagai mana yang tercantum dalam UU No 1/2010 tentang Perumahan dan Permukiman serta UU No 20/2011 tentang rumah susun.
Di dalam buku ini, penulis telah menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan panduan pengelolaan rumah, mulai fisik hingga dalam konteks keluarga. Diharapkan buku ini, bisa membuat Anda mampu mencetak rumah idaman yang tidak hanya cantik dari segi fisik, tetapi juga memberikan nuansa kedamaian, kenyamanan, serta ketenteraman bagi penghuninya, dalam rangka menjaga, dan merawat rumah agar tetap menjadi salah satu dari kebun-kebun surga.
Semoga pembaca bisa mengambil hikmah atau manfaat walau sekecil apapun sehingga berguna untuk masa seterusnya. Selamat membaca.
Masrodi Uhibbu, alumnus pesantren Bhakti Rantani Sumenep Madura.
Penulis : Ummi Salamah
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I, Maret 2015
Tebal : 204
Peresensi : Masrodi Uhibbu
Rumah adalah salah satu bentuk eksistensi manusia, lebih tepatnya eksistensi dari fitrah manusia yang hidup berpasang-pasangan atau berkeluarga. Memiliki rumah adalah impian semua orang. Namun tidak semua orang mampu menjangkau kebutuhan primer tersebut. hal ini dikarenakan harga rumah yang semakin meningkat, tanpa diikuti peningkatan pendapatan masyarakat merupakan persoalan klasik, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Buku ini memberikan arahan supaya, kita yang masih diberi kesempatan memiliki rumah untuk senantiasa bersyukur. Sebab, rumah merupakan nikmat atau anugerah Tuhan yang dapat difungsikan ke berbagai hal, mulai dari tempat berteduh dan istirahat, makan dan minum, serta menjadi perlindungan privasi manusia. Dengan adanya rumah kita mendapat perlindungan dari dunia luar. Jika kita tidak memiliki rumah, lalu apalagi yang dapat melindungi kita dari dunia luar?
Renungkan sejenak, nasib orang-orang yang tidak memiliki rumah. Seperti yang kita kenal dengan sebutan tuna wisma. Maka, nikmat itu akan semakin terasa bagi kita. bayangkan bahwa mereka adalah kita sendiri, tidur dan istirahat di tempat yang tidak menentu. Bahkan tempat-tempat tidak layak ditempati seperti kolong jembatan, gorong-gorong, emperan toko, dan semacamnya. Seolah-olah di mana-pun berada tak ubahnya sebagai orang asing di negeri sendiri. Sekalipun mendapat tumpangan rumah, tentu rumah orang lain tidak senyaman rumah kita sendiri. Memang kita cenderung akan merasakan betapa besar nikmat itu, ketika sudah kehilangannya atau nikmat itu rusak. Tidak adanya rumah berarti hadirnya penderitaan, sebaliknya dengan adanya rumah adalah hadirnya kebahagiaan. (Hal 25)
Rumah tidak hanya sebagai kebutuhan jasmani berupa perlindungan dari panas, hujan, dan dingin seperti yang kita ketahui, melainkan juga kebutuhan psikologis kehidupan berkeluarga. Misalnya, yang harus terpenuhi di dalam arti rumah itu sendiri adalah ketenteraman dan kedamaian supaya rumah itu benar-benar menjadi nikmat atau sebagai surga kita di dunia. Dalam UUD 1945 Pasal 28 h, dijelaskan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang sehat serta memperoleh layanan kesehatan. Hal itu juga ditegaskan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Isu tentang rumah yang layak juga sejak lama menjadi perhatian Internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam Deklarasi tentang Hak Asasi Manusia tahun 1948, Deklarasi Vancouver tentang Perumahan dan Permukiman tahun 1976, serta Agenda Habitat tahun 1996 mengakui dengan tegas bahwa rumah dengan lingkungan yang baik merupakan hak dasar setiap orang.
Pemerintah Indonesia juga menyadari hal itu. sejak tahun 1970-an, berbagai program dengan segala macam inovasi dan kebijakan disusun, khususnya untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), termasuk pekerja buruh. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang dinyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan rumah dan mewujudkan kota yang bersih diperlukan pembangunan 1’2 juta unit rumah per tahun.
Cita-cita tersebut ditegaskan kembali dalam salah satu Nawacita Presiden Joko Widodo dalam wujud Program Pembangunan Sejuta Rumah untuk Rakyat. Dengan terpenuhinya kebutuhan rumah yang akan menjadi aset penting bagi masyarakat MBR dan buruh, program ini akan menjadi instrumen peningkatan rakyat.
Rumah sebagai kebutuhan dasar manusia yang mencerminkan budaya bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan menjadi tanggung jawab semua pihak, sebagai mana yang tercantum dalam UU No 1/2010 tentang Perumahan dan Permukiman serta UU No 20/2011 tentang rumah susun.
Di dalam buku ini, penulis telah menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan panduan pengelolaan rumah, mulai fisik hingga dalam konteks keluarga. Diharapkan buku ini, bisa membuat Anda mampu mencetak rumah idaman yang tidak hanya cantik dari segi fisik, tetapi juga memberikan nuansa kedamaian, kenyamanan, serta ketenteraman bagi penghuninya, dalam rangka menjaga, dan merawat rumah agar tetap menjadi salah satu dari kebun-kebun surga.
Semoga pembaca bisa mengambil hikmah atau manfaat walau sekecil apapun sehingga berguna untuk masa seterusnya. Selamat membaca.
Masrodi Uhibbu, alumnus pesantren Bhakti Rantani Sumenep Madura.
0 comments :
Post a Comment