Judul : Pendidikan, Birokrasi Seni dan Pergulatan Teater Timur dan Barat (80 tahun A Kasim Achmad)
Penulis : Nano Riantiarno, Putu Wijaya, Sapardi DJoko Damono, Jakob Sumardjo, Arswendo Atmowiloto ,dkk
Penerbit : Pentas Grafika, Jakarta
Tahun Terbit : November 2015
Tebal : 538 Halaman
Peresensi : Hafash Giring Angin
Pada dasarnya, ketika seseorang menaruh perhatian besar untuk menekuni dunia teater berarti juga ia menggeluti kehidupan. Sebab, teater adalah realitas kosmis yang menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dengan berbagai suka-dukanya. Maka, tak heran bila dalam setiap pertunjukan teater selalu mengeksplorasi banyak ekspresi yang sangat esensial dan mendasar dari potret kehidupan manusia berupa kegembiraan maupun kesedihan.
Dua ekspresi yang sangat elementer ini ditonjolkan dalam dunia teater untuk dimaknai sebagai bangunan realitas yang menjelaskan keberadaan manusia dalam berbagai posisi dan situasinya. Tak ayal, dalam berbagai pertunjukan teater terjadi adukan emosional (emotional cocktail) antara pemain dan penonton yang saling terlibat dalam guratan ekspresinya saat memaknai bagaimana suasana sedih maupun gembira.
Potret filosofis yang menjelaskan makna dasar dari pengalaman ini menjadi stimulus bagi Kasim Achmad untuk memerhatikan secara intens bagaimana dunia teater merepresentasikan kehidupan manusia dengan aneka ragam persoalan dan dinamikanya ke dalam seni pertunjukan.
Kegemarannya menonton pertunjukan wayang kulit, teater ketoprak, dan beberapa kesenian tradisional di Semarang pada tahun 1942 ketika beliau masih menduduki Sekolah Rakyat (setingkat SD) memantik pergulatan perhatiannya terhadap dunia teater yang mulai terasa ketika beliau memutuskan melanjutkan pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) pada tahun 1955. (hal. 15)
Di bawah didikan Usmar Ismail dan Asrul Sani di ATNI, kegemaran Kasim terhadap dunia teater semakin membuncah. Keikut sertaannya dalam berbagai pementasan teater kian menambah wawasannya dan memperkuat chemistry nya dalam menggeluti dunia teater. Bahkan, selepas menyelesaikan pendidikan di ATNI dan pengembaraannya di berbagai pertunjukan bersama rekan-rekan yang tergabung Teater Remaja Jakarta (TRJ), pada tahun 1963 beliau melanjutkan studinya ke University of Hawai, Amerika Serikat selama 5 tahun.
Prestasi akademik yang ditoreh dari pengalaman pendidikannya di Luar Negeri kian melebarkan sayap pengembaraan dunia teater di berbagai negara. Keterlibatannya di berbagai kegiatan workshop teater, asosiasi di bidang kesenian, dan kegiatan lainnya di banyak negara, tak mengurangi perhatiannya terhadap kesenian tradisional. Meskipun pengalaman pendidikannya ditempuh di Barat, justru kian menguatkan sendi keteateran Kasim di wilayah ketimuran. (40-43)
Pertemuan Barat dan Timur
Secara metodologis, Kasim banyak memperoleh ilmu ihwal tehnik berteater. Apalagi, selama belajar di University of Hawai, beliau belajar banyak hal tentang acting and directing, theater design, drama in performance, dan beberapa materi perkuliahan yang mendukung bagi penguatan kapasitas ilmu keteateran. (hal. 30)
Pengalaman studinya di Barat, mengantarkan pengembaraan penyutradaraan dan pementasan berbagai jenis lakon. Bersama koleganya dari berbagai negara, Kasim mementaskan The Bird, Long Journey Into Night, Kabuki Sekeroko, dan beberapa pertunjukan lainnya.
Namun demikian, keberadaan Kasim di kancah internasional dalam masa-masa studinya itu, jati diri Kasim sebagai orang Indonesia yang turut bertanggung jawab memperkenalkan kesenian nusantara tidak hilang. Hal ini ditunjukkan oleh Kasim ketika beliau melakukan ceramah dan pertunjukan yang mengangkat jenis wayang.
Dalam kaitan ini, pengalaman Kasim selama di Hawai menjadi Perjumpaan epistemologi keteateran antara Barat dan Timur kian menguatkan jiwa dan karakter Kasim. Berkat kepedulian dan perhatian besarnya terhadap kesenian Indonesia, banyak pihak dari luar negeri yang memberikan kesempatan kepada Kasim untuk memperkenalkan ihwal kesenian Nusantara.
Maka, tak heran bila nama Kasim sangat berkibar di berbagai negara dan dipercaya untuk menjadi pembicara dan pengurus di berbagai asosiasi kesenian seperti Unesco Club, AFUCA di Tokyo, Asean Coci di Manila, dan lain sebagainya. Bahkan, berdasarkan penuturan sutradara Teater Koma Nano Rintiarno ketika melakukan lawatan ke Amerika dia membawa buku Kasim tentang seni tradisi, banyak audiens yang mengapresiasi dan responsif terhadap karya Kasim. (hal. 130)
Apa yang menjadi pengalaman berkesenian Kasim yang berupaya menjembatani peradaban teater antara Barat dan Timur adalah sebuah torehan sejarah yang patut diteladani oleh banyak pekerja seni. Barat perlu dijadikan sebagai sarana interrelasi ruang untuk saling dikomunikasikan dengan Timur yang memiliki kekayaan khazanah tradisi sebagai basis dunia pertunjukan.
Dan, posisi Kasim yang menduduki berbagai jabatan birokrasi kepemerintahan yang menangani bidang kesenian kian menambah nilai tambah dirinya yang selalu mempedulikan dan memperhatikan nasib dunia teater yang ada di berbagai daerah. Dari saking besarnya perhatian Kasim, banyak daerah yang mempersonifikasi Kasim sebagai roh sebuah kesenian daerah seperti Kalimantan Selatan maupun daerah lain. (hal. 166-169)
Kepekaan Rasa Estetis
Bagi Kasim, dalam menumbuhkan spirit berteater yang perlu ditekankan adalah bagaimana menumbuhkan kepekaan rasa estetis. Totalitas Kasim dalam menceburkan dirinya dalam dunia teater tidak sekedar meresonansi dirinya dalam prestasi keteateran. Akan tetapi, kesediaannya dalam mendampingi, membantu, dan menangani berbagai kelompok teater di Indonesia menorehkan semangat pengabdiannya yang sangat luar biasa. (hal. 466-467)
Berbagai perhelatan teater di level nasional maupun daerah yang digawangi dan kemampuan diplomasinya dalam mengundang kelompok-kelompok teater handal untuk memotivasi kelompok-kelompok teater di daerah semakin mengasah kepekaan humanitasnya bahwa setiap orang maupun kelompok berhak untuk maju ke permukaan.
Jasa dan peran serta yang sudah ditorehkan Kasim selama puluhan tahun memantik kepedulian banyak pihak untuk merayakan usianya yang menginjak 80 tahun dengan beberapa kegiatan. Termasuk kegiatan penulisan buku untuk mengenang keteateran Kasim yang melibatkan banyak penulis yang terdiri dari pekerja seni nasional maupun daerah.
Semoga, buku ini memberikan spirit bagi kita sekaligus menjadi suri tauladan bagi bangsa Indonesia bahwa dari Teater dapat membangun peradaban dunia yang humanis.***
Hafash Giring Angin, Pengajar dan Praktisi Seni Pertunjukan. Menyelesaikan S-1 dan S2 pada Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater Seni Urban dan Industri Budaya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Tinggal di Bogor.
Penulis : Nano Riantiarno, Putu Wijaya, Sapardi DJoko Damono, Jakob Sumardjo, Arswendo Atmowiloto ,dkk
Penerbit : Pentas Grafika, Jakarta
Tahun Terbit : November 2015
Tebal : 538 Halaman
Peresensi : Hafash Giring Angin
Pada dasarnya, ketika seseorang menaruh perhatian besar untuk menekuni dunia teater berarti juga ia menggeluti kehidupan. Sebab, teater adalah realitas kosmis yang menggambarkan perjalanan kehidupan manusia dengan berbagai suka-dukanya. Maka, tak heran bila dalam setiap pertunjukan teater selalu mengeksplorasi banyak ekspresi yang sangat esensial dan mendasar dari potret kehidupan manusia berupa kegembiraan maupun kesedihan.
Dua ekspresi yang sangat elementer ini ditonjolkan dalam dunia teater untuk dimaknai sebagai bangunan realitas yang menjelaskan keberadaan manusia dalam berbagai posisi dan situasinya. Tak ayal, dalam berbagai pertunjukan teater terjadi adukan emosional (emotional cocktail) antara pemain dan penonton yang saling terlibat dalam guratan ekspresinya saat memaknai bagaimana suasana sedih maupun gembira.
Potret filosofis yang menjelaskan makna dasar dari pengalaman ini menjadi stimulus bagi Kasim Achmad untuk memerhatikan secara intens bagaimana dunia teater merepresentasikan kehidupan manusia dengan aneka ragam persoalan dan dinamikanya ke dalam seni pertunjukan.
Kegemarannya menonton pertunjukan wayang kulit, teater ketoprak, dan beberapa kesenian tradisional di Semarang pada tahun 1942 ketika beliau masih menduduki Sekolah Rakyat (setingkat SD) memantik pergulatan perhatiannya terhadap dunia teater yang mulai terasa ketika beliau memutuskan melanjutkan pendidikan di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) pada tahun 1955. (hal. 15)
Sumber Gambar: cdninstagram.com |
Di bawah didikan Usmar Ismail dan Asrul Sani di ATNI, kegemaran Kasim terhadap dunia teater semakin membuncah. Keikut sertaannya dalam berbagai pementasan teater kian menambah wawasannya dan memperkuat chemistry nya dalam menggeluti dunia teater. Bahkan, selepas menyelesaikan pendidikan di ATNI dan pengembaraannya di berbagai pertunjukan bersama rekan-rekan yang tergabung Teater Remaja Jakarta (TRJ), pada tahun 1963 beliau melanjutkan studinya ke University of Hawai, Amerika Serikat selama 5 tahun.
Prestasi akademik yang ditoreh dari pengalaman pendidikannya di Luar Negeri kian melebarkan sayap pengembaraan dunia teater di berbagai negara. Keterlibatannya di berbagai kegiatan workshop teater, asosiasi di bidang kesenian, dan kegiatan lainnya di banyak negara, tak mengurangi perhatiannya terhadap kesenian tradisional. Meskipun pengalaman pendidikannya ditempuh di Barat, justru kian menguatkan sendi keteateran Kasim di wilayah ketimuran. (40-43)
Pertemuan Barat dan Timur
Secara metodologis, Kasim banyak memperoleh ilmu ihwal tehnik berteater. Apalagi, selama belajar di University of Hawai, beliau belajar banyak hal tentang acting and directing, theater design, drama in performance, dan beberapa materi perkuliahan yang mendukung bagi penguatan kapasitas ilmu keteateran. (hal. 30)
Pengalaman studinya di Barat, mengantarkan pengembaraan penyutradaraan dan pementasan berbagai jenis lakon. Bersama koleganya dari berbagai negara, Kasim mementaskan The Bird, Long Journey Into Night, Kabuki Sekeroko, dan beberapa pertunjukan lainnya.
Namun demikian, keberadaan Kasim di kancah internasional dalam masa-masa studinya itu, jati diri Kasim sebagai orang Indonesia yang turut bertanggung jawab memperkenalkan kesenian nusantara tidak hilang. Hal ini ditunjukkan oleh Kasim ketika beliau melakukan ceramah dan pertunjukan yang mengangkat jenis wayang.
Dalam kaitan ini, pengalaman Kasim selama di Hawai menjadi Perjumpaan epistemologi keteateran antara Barat dan Timur kian menguatkan jiwa dan karakter Kasim. Berkat kepedulian dan perhatian besarnya terhadap kesenian Indonesia, banyak pihak dari luar negeri yang memberikan kesempatan kepada Kasim untuk memperkenalkan ihwal kesenian Nusantara.
Maka, tak heran bila nama Kasim sangat berkibar di berbagai negara dan dipercaya untuk menjadi pembicara dan pengurus di berbagai asosiasi kesenian seperti Unesco Club, AFUCA di Tokyo, Asean Coci di Manila, dan lain sebagainya. Bahkan, berdasarkan penuturan sutradara Teater Koma Nano Rintiarno ketika melakukan lawatan ke Amerika dia membawa buku Kasim tentang seni tradisi, banyak audiens yang mengapresiasi dan responsif terhadap karya Kasim. (hal. 130)
Apa yang menjadi pengalaman berkesenian Kasim yang berupaya menjembatani peradaban teater antara Barat dan Timur adalah sebuah torehan sejarah yang patut diteladani oleh banyak pekerja seni. Barat perlu dijadikan sebagai sarana interrelasi ruang untuk saling dikomunikasikan dengan Timur yang memiliki kekayaan khazanah tradisi sebagai basis dunia pertunjukan.
Dan, posisi Kasim yang menduduki berbagai jabatan birokrasi kepemerintahan yang menangani bidang kesenian kian menambah nilai tambah dirinya yang selalu mempedulikan dan memperhatikan nasib dunia teater yang ada di berbagai daerah. Dari saking besarnya perhatian Kasim, banyak daerah yang mempersonifikasi Kasim sebagai roh sebuah kesenian daerah seperti Kalimantan Selatan maupun daerah lain. (hal. 166-169)
Kepekaan Rasa Estetis
Bagi Kasim, dalam menumbuhkan spirit berteater yang perlu ditekankan adalah bagaimana menumbuhkan kepekaan rasa estetis. Totalitas Kasim dalam menceburkan dirinya dalam dunia teater tidak sekedar meresonansi dirinya dalam prestasi keteateran. Akan tetapi, kesediaannya dalam mendampingi, membantu, dan menangani berbagai kelompok teater di Indonesia menorehkan semangat pengabdiannya yang sangat luar biasa. (hal. 466-467)
Berbagai perhelatan teater di level nasional maupun daerah yang digawangi dan kemampuan diplomasinya dalam mengundang kelompok-kelompok teater handal untuk memotivasi kelompok-kelompok teater di daerah semakin mengasah kepekaan humanitasnya bahwa setiap orang maupun kelompok berhak untuk maju ke permukaan.
Jasa dan peran serta yang sudah ditorehkan Kasim selama puluhan tahun memantik kepedulian banyak pihak untuk merayakan usianya yang menginjak 80 tahun dengan beberapa kegiatan. Termasuk kegiatan penulisan buku untuk mengenang keteateran Kasim yang melibatkan banyak penulis yang terdiri dari pekerja seni nasional maupun daerah.
Hafash Giring Angin, Pengajar dan Praktisi Seni Pertunjukan. Menyelesaikan S-1 dan S2 pada Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Teater Seni Urban dan Industri Budaya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Tinggal di Bogor.
0 comments :
Post a Comment