Home » » Kiai Syaikhona Kholil dan Anjing Hitam

Kiai Syaikhona Kholil dan Anjing Hitam

Diposkan oleh damar pada Thursday, September 7, 2017 | 8:56 PM

KABARBANGSA.COM---Musim haji telah tiba. Para jamaah haji biasanya sowan kepada Kiai Kholil. Begitu juga Fulan, ia sowan kepada beliau. Kiai Kholil memandangi para tamu yang datang kepadanya. Ketika melihat Fulan, beliau memintanya mendekat.

"Surat ini," tegas Kiai Kholil sembari memegangi sebuah amplop kecil, "begitu tiba di Masjidil Haram, tolong berikan kepada seekor anjing hitan."

"Injih kiai."

biografiulama.wordpress.com
Kepala Fulan tertunduk. Pandangannya fokus ke bawah. Tetapi dalam pikirannya, Fulan bertanya-tanya, mengapa Kiai Kholil memerintahkannya menyampaikan surat untuk anjing hitam?

Hari keberangkatan telah tiba. Fulan, bersama jamaah haji lain di Bangkalan berangkat ke tanah suci Makkah. Tentu menunaikan ibadah haji. Hatinya gundah karena belum menyampaikan amanat sang guru.

Begitu tiba di Makkah. Ia datang ke halaman masjid. Menoleh ke berbagai arah. Tidak ada anjing hitam. Ia duduk. Berpikir sejenak, ia curiga, jangan-jangan yang dimaksud Kiai Kholil dengan anjing hitam bukanlah anjing. Tetapi hanya semacam sindiran. Ia menunduk.

Begitu memandang lagi ke depan. Ia melihat seekor anjing yang merangsek masuk diantara kerumunan manusia. Anjing hitam itu mendekatinya. Kemudian Fulan memberikan surat itu pada anjing itu. Ia pelan-pelan menggigitnya. Mengangguk-angguk. Kemudian anjing itu pergi. Fulan tentu merasa lega karena amanat Kiai Kholil telah disampaikan.

Begitu pulang ke Bangkalan, Fulan segera menjumpai gurunya, Kiai Kholil. Fulan melaporkan bahwa surat yang dikiriminya telah disampaikan pada anjing hitam.

"Sudahkah kamu sampaikan surat saya?" tanya kiai Kholil begitu berjumpa Fulan.

"Sudah kiai."

"Tapi....kiai!"

"Apa? Ha?"

"Maaf kiai. Kalau boleh tahu, mengapa mengirimkan surat untuk anjing kiai?"

"Hehehe, yang kamu temui itu bukan anjing, Fulan. Ia adalah waliyullah yang menyamar."

Mendengar penjelasan Kiai Kholil, gerimis berguguran dari mata Fulan. Ia memohon doa Kiai Kholil.***

(Kisah ini diceritakan ulang oleh tim kabarbangsa.com dari biografi KH. Syaikhona Kholil Bangkalan, yang ditulis Saifur Rahman)


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment