Oleh : Fatimatus Zahra
Dalam pidato kerakyatan Anies Baswedan yang menuai banyak kontroversi, ia menyitir banyak filosofi daerah, mulai dari Sulawesi hingga Madura. Salah satu pepatah Madura yang disitir Anies "Itik bertelur, Ayam mengeram," atau dalam istilah bahasa Madura, "Etek se a tellor, ajam se ngerremmi"
Memaknai filosofi tersebut dalam suasana hirup pikuk politik yang tak kunjung menurun tensinya, tentu sangatlah berbeda. Judul di atas mungkin cenderung sentimentil, akan tetapi judul tersebut diangkat hanya untuk menggambarkan, bagaimana masyarakat Jakarta dan upaya Anies-Sandi dalam proses meraih kemenangan.
Baca Juga:
Sumber Gambar: fakta.co.id |
Diakui oleh beberapa pihak di DKI Jakarta bahwa kinerja Ahok-Jarot memang sangat memuaskan, mulai dari penangan pungutan liar oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab, hingga fasilitas infrastruktur yang mulai mentereng. Meskipun di beberapa hal juga memiliki kekurangan.
Judul di atas seolah-olah menggambarkan bahwa Ahok yang bekerja keras, kemudian Anies yang akan memanen keuntungan. Apakah akan berjalan demikian?
Baca Juga:
Ibu kota Jakarta merupakan tempat berkumpulnya manusia dari banyak suku dan agama, bahkan berkumpulnya manusia yang datang dari banyak negara. Di sini pula proses akulturasi dan gesekan interaksi sangat cepat. Anies sendiri mengistilahkan dengan melting pot.
Tidak dapat dipungkiri, kinerja Ahok dan Jarot selama ini memang menuai banyak pujian dari masyarakat Jakarta, tetapi meskipun demikian, masyarakat belum punya rasa terima kasih. Ahok yang datang dari jauh, membangun kota Jakarta, kemudian berakhir di jeruji besi penjara. Apakah ibu kota sudah tidak punya hati nurani? Masyarakat Jakarta yang lebih berhak untuk menjawab pertanyaan ini.***
Penulis tinggal di Jakarta.
0 comments :
Post a Comment