Adalah Che Guevara dan Lionel Messi, dua
lelaki kelahiran Rosario yang bersinar dalam bidang masing-masing. Che adalah
pejuang Marxis dan pemimpin revolusi Kuba. Sedang Messi adalah bintang sepakbola
kebanggaan Barcelona dan Timnas Argentina. Keduanya sama-sama lahir di bulan
Juni. Che, lahir 14 Juni 1928 dengan nama Ernesto Guevara Liynch de La Serna,
sedangkan Messi lahir 24 Juni 1987 dengan nama Lionel Andres Messi.
Cara hidup mereka seperti teater yang
memiliki adegan-adegan menakjubkan. Penampilan di semua laga kehidupan membuat jutaan
mata di dunia terkesima. Prinsip hidup mereka sederhana dan sekuat mungkin
untuk menolak penindasan, ketidakadilan, serta peduli terhadap orang-orang lemah.
Keduanya memiliki pendirian yang kokoh.
Impossible is nothing--begitulah kata Messi ketika diwawancarai
Mundo Devortivo 17 Maret 2009. Sedang Che melihat segala yang tidak mungkin
sebagai sebuah tantangan yang harus dilawan. Dua bintang ini sama-sama mengidap
penyakit dari kecil. Penyakit bawaan Che adalah asma yang tak kunjung sembuh
hingga ia menghembuskan napas terakhir, sedang Messi di usianya yang ke-11
didiagnosa kekurangan hormon pertumbuhan. Tapi semua itu dapat dilalui ketika
terus berjuang dan hidup dinamis.
Puisi Perjuangan
Perjuangan menolak kolonialisme dan fasisme adalah
bagian penting kehidupan Che. Di usianya yang ke-21, Che berkeliling Argentina Utara
dengan menaiki motor, sebuah awal mula berkobarnya api perjuangan, awal mula
merebaknya semangat perlawanan di seluruh aliran darahnya. Ia merasakan, betapa
sulitnya hidup orang-orang miskin di desa-desa dan suku Indian. Perjalanan ini
sungguh memberi asupan pengetahuan yang cukup berarti bagi Che dalam dunia
politik.
Ketika ia berkeliling Amerika Selatan yang
kedua kalinya, ia bertemu dengan politikus Marxis, Salvador Allende (1908-1973)
di Chili. Pertemuan ini menguatkan perjuangannya hingga ke daratan Kuba, yang
kemudian ia bergabung dengan gerakan revolusi Fidel Castro (1928-2006).
Suatu waktu, Che menulis puisi untuk teman
pujaan seperjuangannya ini, yang berbunyi:
Mari kita pergi,
Nabi sang fajar yang menyala,
Di atas jalan-jalan sunyi
Untuk membebaskan pulau hijau yang kau cintai
Baris pertama puisi Che ini menunjukkan
betapa dari waktu ke waktu ia ingin selalu bergerak. Dalam dunia pergerakan,
kata “membebaskan” atau “pembebasan” tentu sangat artikulatif serta memiliki
aksen penting dalam realitas. Jiwa suci gerilyawan, pejuang, aktivis adalah
sebuah gerakan pembebasan dari diskriminasi, penindasan struktural, kungkungan
kejumudan pikiran, serta perlawanan terhadap otoritarianisme rezim kuasa.
Semangat menjadi nabi sang fajar terus
menyala sepanjang kehidupan Che. Pembebasan atas segala sesuatu yang dicintai
bagi Che bukan hanya bangsanya sendiri di Argentina. Tetapi Che sangat membenci
penindasan dan ketidakadilan yang terjadi di belahan dunia mana pun. Che
berkeyakinan, di mana pun ada ketidakadilan dan penindasan, maka disitulah
“pulau hijau“ yang dicintai dan harus diperjuangkan.
Oleh sebab itu, 18 Oktober 1967, Fidel Castro
berkomentar tentang Che: “inilah salah satu karakteristik prinsipnya; suka rela
melakukan misi-misi berbahaya dengan segera. Ia adalah seorang yang memiliki
pikiran menggerakkan mimpi perjuangan di benua-benua lain. Ia altruistik dan
tanpa pamrih. Ia adalah tentara dan pemimpin pilih tanding. Ia seorang
pemberani agresif yang punya kemampuan luar biasa. Sebagai gerilyawan, ia telah
memiliki tumit Achilles.”
Di Luar Lapangan
Tentu semua orang sudah tahu Lionel Messi di
atas lapangan hijau. Potensinya yang luar biasa hingga sederet piala dan rekor
menakjubkan telah dibawanya pulang. Messi adalah pemain terbaik dunia. Meskipun
telah meroket, Messi tetap menjadi pribadi yang bersahaja. Tidak sombong dan
arogan. Ia adalah penganut Katolik yang taat. Messi---kata Jordi Alba, rekan
setimnya di Barcelona—pemain yang rendah hati meskipun memperoleh banyak
kesuksesan.
Kutu lapangan yang memiliki julukan La
Pulga ini mendirikan sebuah Yayasan amal, Leo Messi Foundation. Pengalamannya
di waktu kecil mengetuknya untuk membuat gerakan amal terhadap orang-orang
miskin di dunia, khususnya terhadap anak-anak. Latar belakang ayahnya sebagai
buruh pabrik dan latar Ibunya sebagai buruh cuci, serta diagnosa dirinya
sebagai penderita hormon pertumbuhan, telah membuatnya sadar akan nasib
saudara-saudara lemah di seluruh dunia.
Di sebuah kesempatan, kekasih Antonella itu
pernah mengatakan, cita-cita saya jadi pesepakbola sudah tercapai. Saya ingin
orang tahu bahwa saya bekerja sangat keras untuk sampai di posisi sekarang.
Saya juga ingin menolong anak-anak yang tak beruntung. Saya ingin melihat
mereka tersenyum. Saya ingin anak-anak punya harapan. Karena itulah saya
mendirikan Leo Messi Foundation. Lewat Yayasan ini saya berharap bisa membantu
anak-anak tak mampu di seluruh dunia.
Perhatian yang luar biasa kepada orang lemah
di seluruh dunia merupakan cerminan kepribadiannya yang mulia. Laga amal
berkali-kali digelar di sejumlah negara, dengan tajuk Messi and Friends
yang tak lain dan tak bukan, dananya untuk disumbangkan kepada Yayasan tersebut
untuk disalurkan kepada orang lemah dan anak-anak di seluruh dunia.
Kini, Rosario bukan hanya sebuah kota.
Rosario sudah menjadi bintang yang berpijar di langit dengan rimbunan senyum
dan kesan yang sempurna dari seluruh dunia.***
Sumber Gambar 1: http://cdn.haberdar.com/haberler/messi.jpg
Sumber Gambar 2: http://www.historia.ro/sites/default/files/images-cms-image-001400411_0.jpg
0 comments :
Post a Comment