Oleh :Ahmad Muchlish Amrin
Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMoFLO-o-OGrmy73g_inJRvzE1_YTdo4mtGiGzqcciyOlI6I3gGmI_hGsqhErY5fJSawpdZNcWlCw7t2b795P3mjZ0u3VuPoNWFvvDu2Z3PhIF8iLYamUnowm1DkBEQS4OOqQMLzEVM04D/s1600/ilustrasi+adam+hawa+dan+iblis.jpg
Sudah ribuan
tahun aku hidup di muka bumi. Dan ribuan tahun pula aku berkelindan di aliran
darahmu. Tapi kamu tak bisa melihatku, bukan? Aku berada diantara kedipan
matamu, bibirmu, tanganmu, dan kakimu. Aku melompat lagi ke detak jantungmu,
aku pindah lagi ke dalam rongga hatimu. Aku adalah pengintai yang paling tidak
suka melihatmu bahagia.
***
Namaku Azazil.
Aku adalah bapak dari para iblis di alam raya ini. Aku tahu Tuhan telah
memberiku takdir menjadi makhluk terbaik dan paling tampan dibanding
makhluk-makhluk lain. Aku telah berbakti kepada Tuhan selama 80.000 tahun. Aku
telah mengelilingi Baitul Makmur selama 14.000 tahun, sebab aku mengagungkan-Nya.
Aku tentu lebih tampan dibanding Jibril, Israfil, Rakib, Atit, dan teman-teman
mereka. Aku juga lebih tampan dibanding manusia-manusia seperti kamu dan
pendahulumu.
Kulitku putih
bagai cahaya-cahaya Taman Eden yang merumbai. Suara air mengalir di bawah
lantai yang jernih bagai kaca. Kulihat ruh-ruh bagai busa-busa yang
beterbangan.
Kamu tahu kan,
aku telah menolak takdirku. Aku tidak ingin menjadi makhluk yang mudah
diperintah. Setiap hari aku selalu makan buah dari Pohon Pengetahuan. Karena
itu, aku tahu semua rahasia. Tersebab aku adalah makhluk pilihan, maka Tuhan memilihku
untuk menjadi Raja Iblis. Ya, Tuhan memilihku menjadi Raja Iblis.
Aku sangat
menyukai tempat ini. Sungguh aku sangat menyukai Taman Eden ini. Buah-buah yang
menjurai siap disantap. Bidadari-bidadari dengan senyum terkulum.
Konon, sebelum
makhluk sepertimu diciptakan, aku menjadi imam para malaikat dan menjadi
bendahara di Taman Eden ini. Namun begitu manusia pertama (kakek buyutmu yang
bernama Adam) diciptakan dari lumpur yang hina, aku diperintah Tuhan bersikap
hormat padanya. Karena aku tidak bodoh, maka aku menolak. Aku mengatakan pada
Tuhan, aku tidak bisa menerima perintah ini.
Lalu Tuhan
bertanya padaku, “Zil, kenapa kamu menolak hormat pada Adam?”
Aku tidak
menyahut. Bibirku bergeming. Aku cuek saja.
“Apakah karena
kamu diciptakan lebih dulu?”
Aku tetap
tidak menyahut. Aku tahu Tuhan tidak akan marah padaku meskipun aku tidak
nyahut. Aku diam saja. Dan aku sangat tahu, meski aku tidak menjawab, Tuhan
Maha Tahu segala sesuatu yang kumaksud.
Aha! karena
aku tak menyahut, Adam yang kerdil itu menganggap aku sombong. Padahal manusia
seperti dialah yang sombong dan bodoh.
Buktinya,
karena Tuhan memerintahkanku hormat padanya, ia bangga dan merasa dirinya lebih
baik dari dariku dan makhluk-makhluk lain. Ya, itulah setidaknya menurut akal
sehatku yang cerdas dan waras. Teman-teman di sekelilingku pada tertunduk.
Diam. Hatiku bergolak dan dongkol.
Hmm, aku
yakin, jika kamu menjadi aku, kamu pasti melakukan sebagaimana yang kulakukan. Karena
sikapku ini adalah sikap yang cerdas dan masuk akal.
Tuhan
mengulangi pertanyaannya padaku dengan suara yang lebih lantang.
“Zil, kenapa
kamu menolak hormat pada Adam?”
“Hehehe! Tuhan
ini ada-ada saja. Bukankah Engkau Dzat Yang Maha Agung?”
“Benar!”
“Bukankah
Engkau Dzat Yang Maha Pencipta?”
“Benar!”
“Bukankah
Engkau Dzat Yang Maha Cerdas?”
“Benar!”
“Bukankah
Engkau Dzat Yang Maha Bijaksana?”
“Ya, benar!”
“Bayangkan
saja wahai Tuhanku. Aku ini imam malaikat, 80.000 tahun aku berbakti kepada-Mu,
aku dijadikan bendaharawan di Taman Eden, diciptakan dari api, sedangkan Adam
itu diciptakan dari lumpur yang hina, dan bodoh. Bagaimana mungkin aku akan
menghormatinya. Yang masuk akal sajalah wahai Tuhanku. Satu-satunya yang
kuhormati adalah Engkau wahai Tuhanku.”
“Oo, begitu?”
“Iya Tuhanku.”
Tuhan pun
tertawa. Semua teman-temanku menyaksikan perdebatanku di Taman Eden. Bidadari-bidadari
bersungging senyum di dekat pohon-pohon yang telanjang. Buah-buah segar dan
ranum tergenang di penglihatan.
“Tapi ini kan
perintah Tuhanmu. Tuhan Yang Menciptakan kamu dan alam raya ini?”
“Memang benar
Tuhanku. Aku menolak karena aku memuliakan Engkau, wahai Tuhanku. Aku menolak
karena aku tidak ingin menjadi makhluk penjilat seperti makhluk-makhluk lain,
wahai Tuhanku. Bukankah Engkau merasa sedih bila makhluk-makhluk yang Engkau
ciptakan menjadi penjilat terhadap makhluk lain yang dianggap lebih tinggi
jabatannya? Bukankah engkau sedih bila makhluk yang Engkau ciptakan telah membuat
makhluk lain lupa kepada-Mu, wahai Tuhanku? Karena itu aku menolak perintah-Mu.”
“Kamu tahu kan
kalau menolak perintahku adalah sikap yang janggal?”
“Sikap ini janggal
bagi yang belum tahu rahasia wahai Tuhanku. Aku tahu Engkau telah memilihku
untuk melawan keputusanmu dan aku tahu takdirku yang sesungguhnya.”
Tuhan
berpikir.
“Dari mana
kamu mendapat pengetahuan ini, Azazil?”
“Atas
Kebesaran dan Keagungan-Mu, wahai Tuhanku. Engkau telah menumbuhkan Pohon
Pengetahuan di Taman Eden ini. Dan aku memakannya setiap waktu. Karena itulah,
semua rahasia yang Engkau sembunyikan kepada makhluk-Mu yang lain, aku telah
mengetahuinya.”
Tuhan kembali
Berpikir.
“Kalau begitu,
keluar kamu dari Taman Eden ini. Posisimu akan digantikan Adam.” Kemudian Tuhan
memerintah Jibril untuk memberi tahu kepada Adam, jika dirinya menjadi
penggantiku di Taman Eden ini. Jibril mengangguk. Jibril yang berbentuk
kupu-kupu, menggulung belalainya. Lalu bersijingkat pergi dari hadapan kami.
“Jibril!” tegas
Tuhanku.
Jibril
membalikkan badan lagi. Menunduk.
“Katakan pada
Adam. Janganlah sekali-kali mendekati Pohon Pengetahuan itu. Baginya, pohon itu
adalah pohon larangan.”
Aha!
Mungkin saja Tuhan khawatir Adam bisa mengerti rahasia-rahasia yang
disembunyikan-Nya sebagaimana rahasia yang kuketahui. Dan Tuhan berjanji, akan menciptakan
teman hidup baginya di Taman Eden.
Tuhan segera meninggalkan
kami. Tuhan meninggalkan Taman Eden menuju Singgahsana-Nya. Barisan para
malaikat di Taman Eden mendukungku. Mereka sangat senang dengan penolakanku.
Mereka sebenarnya menolak terhadap perintah menghormati Adam. Tapi karena
perintah Tuhan, mereka tak dapat berbuat apa-apa kecuali tunduk. Hanya aku. Ya,
akulah yang bisa menolak takdirku.
***
Taman Eden
yang indah; pohon-pohon yang bercahaya, buah-buah segar bagai dalam kaca seperti
diberi lampu-lampu hias yang terus menyala. Bidadari-bidadari berkalung kecantikan,
dengan senyum menggoda. Bidadara-bidadara dengan gaun tampan dengan wajah
merona.
Di bawah, air
jernih mengalir indah tak kutemukan ujungnya. Bila kami ingin makan, sebuah
keranjang yang berisi makanan segera datang, melalui mesin-mesin otomatis yang
diciptakan Tuhan. Dan mesin-mesin itu amat peka terhadap segala kehendak
penduduk Taman Eden.
Aku menolak
untuk keluar dari Taman Eden ini. Setelah Jibril memberi tahu kepada Adam bahwa
ia akan menggantikanku di Taman Eden, dengan pongah Adam menerimanya. Padahal
aku tahu dirinya tidak mampu mengemban tugas ini. Dan Jibril pun ragu atas kemampuan
Adam untuk mengemban tugas besar ini.
Aku mengatakan
pada Jibril bahwa kelak Adam dan anak turunnya akan membuat kerusakan. Jibril
hanya mengangguk mendengar perkataanku. Jibril tidak berani mengusirku dari Taman
Eden. Sebab aku tahu rahasia-rahasia yang tidak dibuka oleh Tuhan kepadanya dan
makhluk lain. Kemudian Tuhan datang lagi ke Taman Eden.
“Oh, Azazil
masih di Taman ini?”
“Benar wahai
Tuhanku”
“Keluarlah!
Hiduplah kamu dan anak turunmu di muka bumi.”
“Baiklah
Tuhanku. Tapi bagiku Adam adalah musuhku. Izinkan aku selalu mengintainya
setiap waktu. Aku akan bersarang di aliran darahnya dan denyut nadinya. Aku
akan mengetahui segala gelagatnya.”
“Keluarlah!”
“Izinkan aku
dan anak turunku tidak mati sampai alam raya ini Engkau hancurkan wahai
Tuhanku”
“Ya, Keluarlah!”
“Baiklah
Tuhanku.”
Semua malaikat
dan penduduk Taman Eden berdiri ketika aku bersiap-siap keluar dari Taman ini. Hewan-hewan
pada berbunyi seraya menghormatiku. Hanya Adam yang tidak mempedulikanku. Sombong.
Tentu ini menyakitkan. Jibril dan teman-temannya menangisi kepergianku.
Akhirnya, aku keluar dari Taman Eden ini melalui sebuah pintu di sebelah kiri Pohon
Pengetahuan. Aku keluar melalui Babul Hayat (pintu kehidupan).
***
Sudah ribuan tahun
aku hidup di muka bumi. Dan ribuan tahun pula aku berkelindan di aliran
darahmu. Tapi kamu tak bisa melihatku, bukan? Aku berada diantara kedipan
matamu, bibirmu, tanganmu, kakimu. Aku melompat lagi ke detak jantungmu, aku
pindah lagi ke dalam rongga hatimu. Aku adalah pengintai yang paling tidak suka
melihatmu berbuat baik.
Aku tidak suka
kamu bangun tengah malam, bersimpuh di hadapan Tuhanmu. Aku tidak suka bila
kamu mengulurkan tangan pada orang lain.
Kamu tahu,
bukan? Bagaimana aku telah menghancurkan pembesar-pembesarmu? Bagaimana aku
telah menggoda menteri-menteri di negerimu untuk korupsi, kolusi, dan
nepotisme? Kamu tahu bukan, bagaimana aku telah menggoda pemimpinmu untuk
menginjak-injak hak rakyatmu. Aku tahu semua yang kamu rahasiakan.
Kamu tahu,
bukan? Bagaimana aku telah menggoda orang-orang diantaramu, pejabat-pejabat di
negerimu, bahkan ulama’-ulama’mu sekalipun, telah kujungkalkan ke dalam jurang
yang hina. Kamu tahu, bukan? Orang-orang yang menurutmu mulia dan terhormat,
orang-orang yang menurutmu adil, lalu bertindak tidak hormat dan tidak adil.
Ya, semua itu karena pengaruh bisikan-bisikanku di hati mereka.
Inilah. Ya,
inilah sebuah keadaan yang aku inginkan. Inilah sebuah keadaan yang membuatku
bahagia. Bahagia. HA HA HA.
Yogyakarta/Giwangan,
Mei 2014
Sumber Gambar : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMoFLO-o-OGrmy73g_inJRvzE1_YTdo4mtGiGzqcciyOlI6I3gGmI_hGsqhErY5fJSawpdZNcWlCw7t2b795P3mjZ0u3VuPoNWFvvDu2Z3PhIF8iLYamUnowm1DkBEQS4OOqQMLzEVM04D/s1600/ilustrasi+adam+hawa+dan+iblis.jpg
0 comments :
Post a Comment