Home » » Ada Kekerasan Di OSPEK/OPAK UIN Sunan Kalijaga

Ada Kekerasan Di OSPEK/OPAK UIN Sunan Kalijaga

Diposkan oleh damar pada Wednesday, August 19, 2015 | 11:09 PM

Laporan Wartawan Kabar Bangsa: Khairi Esa Anwar
 
ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan?

   
WS. Rendra, Sajak Pertemuan Mahasiswa, 1977

Sajak di atas kiranya pantas menggambarkan suasana kegiatan mahasiswa baru ini. Tampaknya para mahasiswa dan mahasiswi begitu semangat dan siap untuk belajar keras. Sebab tanpa belajar keras, tentunya tak akan mendapatkan segala impian yang dicita-citakan oleh diri mereka sendiri dan orang tua.

Sumber Gambar: khairiesaanwar
Deru knalpot mobil, klakson, serta kesibukan orang-orang yang berangkat ke kantor menyambut wajah Yogyakarta pagi ini. Di antara desing suara-suara yang memuntahkan kebisingan di telinga, kicau kenari dari panggung demokrasi terdengar nyaring menyentuh ruang kalbu. Tidak lain kicau MABA (Mahasiswa Baru) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang melakukan kegiatan OPAK. Mereka para pencari mutiara ilmu. Mereka generasi yang akan menjadi mutiara masa depan negeri ini.

Dengan semangat yang membara, mereka melintasi padang keganasan rasa malas yang akut. Barangkali mereka punya rasa hormat yang besar terhadap Al-Ghazali, yang mengatakan: jika ada seorang pemuda-pemudi yang malas belajar, maka angkatlah takbir sebanyak tiga kali sebagai tanda kematianya. Atau mereka juga memegang prinsip kata mutiara Nabi Muhammad: tuntutlah ilmu walau ke negeri China (red: Tiongkok). Kata-kata mutiara yang membuat siapa saja merasa terpanggil jiwanya.
  
Berangkat dari kerisauan itulah, mereka memanggu tugas untuk menuntaskan berbagai masalah yang sedang menimpa negeri merah-putih, Indonesia. Apalagi momentum OPAK bertepatan dengan momentun HUT RI yang Ke-70. Sebuah momentum yang pas untuk membakar semangat yang bersarang dalam diri. Cukuplah berarti untuk berangkat dengan niatan melakukan perang dengan rasa malas sampai ke dalam dasar sekalipun. Perang melawan diri sendiri merupakan perang yang lebih berat daripada melawan perang secara fisik.

Tentu saja, ilmu-ilmu yang mereka pelajari untuk melawatkan diri pada wilayah kemerdekaan bersama. Dan yang menjadi pertanyaan sekarang, benarkah mereka belajar guna untuk menuntaskan problem yang ada di negeri ini? Atau benar apa yang dikatakan WS. Rendra yang sedang dikutip di atas, akan menjadi pecundang yang menambah problem di negeri yang sakit ini? Jika hanya menjadi pecundang, buat apa pendidikan ada?

Harapan sekaligus kebanggaan kita atas mereka, semoga dengan kegiatan OPAK dapat mencetak generasi yang cakap dalam hal apapun. Problem yang menjadi keseriusan yang sedang terjadi saat ini, sedikit demi sedikit bisa diatasi. Tentu saja, tidak hanya mereka yang bertugasa menyelesaikan masalah ini, namun tugas kita bersama menuju bangsa yang kita inginkan. Kicau kenari dari panggung demokrasi, kicau rindu perubahan untuk bangsa yang merdeka sepenuhnya.

Tentu kekerasan yang dimaksud di atas bukanlah kekerasan fisik, melainkan gigih-gayuh bin gayeng yang dapat kita banggakan dari mahasiswa baru tersebut. Dan tentu pula semoga kegiatan OPAK dapat berjalan lancar, tanpa harus ada kekerasan fisik. Mahasiswa adalah cermin “intelektual” di sebuah masyarakat, tentu kurang elok jika masih menggunakan kekuatan otot. Kekuatan mahasiswa adalah kemajuan cara berpikir dan bersikap.*** (KEA)



Artikel Terkait:

3 comments :

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Tulisannya tidak seheboh judulnya..
    Belajar nulis lagi.. Hahaha

    Ttd.

    Sarjana Filsafat UIN dengan nilai skripsi A

    ReplyDelete
  3. Ospek hrs nya dihapus diganti keg yg lbh baik tanpa kekerasan dlm bentuk apapun.

    ReplyDelete