Sosial media
memang memiliki dampak yang baik bagi sebuah hubungan dengan sesama. Tetapi
jejaring sosial model facsebook dan twitter juga memiliki dampak yang buruk
dalam kehidupan kita sehari-hari. Dampak buruknya adalah betapa banyak di
negeri ini yang mendapatkan pacar rahasia alias selingkuhan melalui media
sosial, mengatur pertemuan yang kemudian melakukan entup-entupan di
kamar hotel.
Tentu akhirnya,
dunia rumah tangga mereka berantakan bagai kaca yang dilempar dari lantai tiga;
berkeping-keping. Jika rumah tangga berkeping-keping, jadinya hancur, remuk,
lebur, luluh lantak, babak belur, wa alihi wa shahbih. O’Clee pada
mulanya tidak merasa jika suaminya nekat menikah lagi. Suatu waktu ia berselancar
di jejaring sosial, kemudian menemukan foto suaminya sedang memakai gaun
pengantin bersama seorang perempuan yang bernama Philippa.
Kemudian ia
penasaran, berkunjunglah ia ke wall-nya, di situlah ia mendapatkan
bukti-bukti detail seputar pernikahan suaminya dengan perempuan lain. Jika kita
menjadi O’Clee, betapa berkeping-kepingnya hati kita, kan? Kemudian O’Clee
melaporkan suaminya ke polisi. Dihadapan petugas berwajib itulah, Adrew, sang
suami O’Clee mengaku.
Ternyata untuk
mengelabuhi Philippa ia mengaku telah bercerai dengan O’Clee. Kenyataan ini
memang sangat rumit. Dalam masyarakat kita memang tidak jarang terjadi. Namun,
dalam situasi sepanas apapun, runtuh, remuk, berkeping-keping sekalipun hati
kita. Ikutilah Nasehat Rabindranath Tagore, melalui Tukang Kebun 28:
Jika
hidupku hanya sebuah permata, akan dapat kupecahkan jadi seratus keping dan kurangkai
jadi seutas rantai untuk kukalungkan di lehermu. Tetapi ia adalah hati,
kekasihku. Di manakah pantai dan dasarnya?
Memang tak ada
yang pernah mengerti tentang hati. Boleh saja pasangan kita seolah-olah merajuk
di hadapan kita, tetapi sesungguhnya hatinya berpantai di lain tempat. Duh! Ngeri
ini bung!***
Sumber Gambar: http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/03270/Bigamist_comp_1_3270217b.jpg
0 comments :
Post a Comment