150 tahun lalu,
tepatnya 15 April 1869, adalah hari yang murung bagi masyarakat Amerika. Burung
kematian berkepak di atas sebuah gedung pementasan teater, Ford, Washington. Langit
terlihat pucat dan mencekam. Gedung Ford benar-benar menyuguhkan pertunjukan
berdarah. Seorang lelaki berusia 56 tahun, sosok representasi bangsa Uncle Sam,
tertembak tepat di kepalanya di saat-saat para lakon memerankan pertunjukan.
Ternyata ada seorang
aktor yang bertugas dua peran; satu menjadi aktor dalam pertunjukan tersebut,
yang satunya lagi menjadi aktor terbunuhnya Abraham Lincoln, yang sedang nonton
pementasan waktu itu. Aktor nekat yang membunuh presiden Amerika ke-16 dari
Partai Republik itu adalah John Wilkes Booth. Setelah meledakkan kepala sang Presiden,
Booth melarikan diri ke sebuah kandang ternak. Para tentara Amerika membakar
kandang itu, kemudian Booth keluar, lalu ditembak oleh seorang sersan yang
bernama Boston Corbett.
Lincoln
berjuang memimpin Amerika keluar dari perang saudara dan perbudakan. Ia adalah
tokoh yang menentang perbudakan, sedangkan Wilkes Booth adalah orang yang tidak
setuju apabila perbudakan dihapuskan. Seorang penyair Amerika yang menjadi
saksi hidup ketika itu, Walt Wiltman (1819-1892) pernah menulis puisi berjudul Ode
Untuk Diriku. Inilah salah satu potongan puisinya yang diterjemahkan Michael Steward:
Pistolnya terjerambab
Riuh-rendah di jalanan, kereta-kereta yang lelah, derap telapak kaki,
gunjingan para pejalan
Omnibus yang berat, para sopir dengan pertanyaan mereka yang hebat,
dentangan tapak-tapak kaki kuda di lantai granit
Lungsuran-lungsuran salju, dentingan, lelucon-lelucon seru, lemparan
bola-bola salju
Sorak-sorai untuk hal-hal yang amat disukai, kemarahan rakyat yang
terbangun
Gundukan-gundukan gorden kotor, lelaki sakit di samping bayi lahir di rumah
sakit
Pertemuan musuh-musuh, sumpah yang seketika, pukulan-pukulan dan kejatuhan
Kerumunan yang bergairah, Pak polisi dengan bintangnya yang tergesa
menyerukan pesannya ke tengah-tengah kerumunan
Batu-batu yang tenang yang menerima dan memantulkan kembali aneka gema
Erangan orang yang kelebihan makan atau setengah lapar yang jatuh pingsan
atau marah
Teriakan-teriakan wanita yang tiba-tiba menyeruak dan terburu pulang ke
rumah
Ribuan buku
telah ditulis untuk mengenang sang Presiden. Kepergiannya adalah duka cita bagi
kemanusiaan, sebab perbudakan di dunia adalah sistem yang bertolak belakang
dengan kodrat dasar manusia yang merdeka. Bukti-bukti sejarah yang berupa peluru
yang pernah melesak di kepala Abraham Lincoln, tulang kepala, rambut, dan
lainnya disimpan di Health and Medicine Museum yang terletak di Silver Spring,
Maryland.
Sumber Gambar 1: https://armenianleaders.files.wordpress.com/2010/04/abraham-lincoln-presidential-dollar-design.jpg
Sumber Gambar 2: http://images.solopos.com/2013/01/booth-killing-lincoln.jpg
0 comments :
Post a Comment