Aku memilih
menjadi begal. Inilah keputusan terbesar dalam hidupku. Bukan karena aku butuh
uang, bukan karena aku kepepet, tapi ini sebuah pilihan mulia sepanjang
hidupku. Untuk urusan ekonomi rumah tangga, rasanya sudah cukup. Keluargaku sudah
dihidupi oleh sebuah toko kelontong dan usaha foto copy. Orang-orang dekat di
lingkunganku seperti istri, anak, dan mertuaku pada memuji bahwa jika aku
menjadi begal, aku menjadi orang yang sangat istimewa.
Kamu ingin
tahu, mengapa aku mengambil keputusan besar dan berbahaya ini? Aku akan membuka
rahasiaku dan jika kamu berminat mengikuti langkah mulia ini, segeralah datang
ke rumahku di Jl. Matrawang No. 29 Banguntapan Bantul atau silahkan inbox ke
emailku: begalbantul@yahoo.co.id. Jangan lupa sertakan kontak
person, biar aku mudah menghubungimu.
***
Namaku Daryono. Sejak dua tahun lalu aku
berubah nama menjadi Abu Musthafa al-Bantuly artinya abah Musthafa dari Bantul.
Aku bangga dengan nama ini, sebab nama ini diberi oleh seorang guruku Habib
Rusydi al-Lontongi. Setiap hari minggu pagi, aku, istri, anak, dan mertuaku selalu
mengikuti pengajian di rumah guru kami.
Dan melalui
pengajian itu pula, kami diajari bagaimana cara menjadi seorang Muslim sejati. Bagaimana
agar kami mendapatkan kesenangan di akhirat yang dihinggapi bidadari-bidadari. Bagaimana
menjadi Muslim yang mampu berdakwah, menyebarkan syariat Islam. Tapi jangan
lupa bahwa berjihad di jalan Allah itu butuh modal, bukan? Siapa hari ini yang
mau memodali dakwah? Siapa hari ini yang mau memberikan segepok uang agar
dakwah menegakkan syariat berjalan lancar?
Itulah
kesulitan terbesar dalam kelompok kami.
Tuan guru
Habib juga mengatakan bahwa mencuri harta orang-orang di luar kelompok kami
halal hukumnya. Jika kami merampok dan mencuri harta non-Muslim akan
mendapatkan pahala dan tidak berdosa meski harus melayangkan nyawa mereka.
Bahkan---lanjut guru kami menasihati sambil mengelus-elus jenggotnya---harta-harta
mereka adalah harta ghanimah atau rampasan perang. Guru kami menyarankan
agar kami mengumpulkan dana untuk kepentingan jihad fi sabilillah.
“Demi dakwah,
setiap umat harus melakukan apa saja.” Begitu fatwa guru kami.
Karena yang berfatwa
adalah guru, Habib Rusydi al-Lontongi, tentu tak ada alasan bagiku dan
keluargaku untuk menolak. Mau mengikuti jejak siapa lagi kalau bukan mengikuti
jejak seorang guru yang sangat mulia? Akhirnya, istri, mertua, dan anak-anakku menyetujuiku
untuk menjadi begal. Tentu demi jihad fi sabilillah.
Ada beberapa
orang teman kami yang tertarik memilih hidup yang mulia ini. Teman-teman kami
itu adalah Abu Hamid al-Banuaju, Abu Gara al-Mantupy, Abu Hira al-Bedoky, Abu
Hasan al-Legungy, dan Abu Sofyan al-Jenangy. Setiap malam kami beraksi. Aku dan
Abu Hamid beraksi di Jl. Jenderal Sudirman. Abu Gara dan Abu Hira beraksi di
Jl. Melati. Abu Hasan dan Abu Sofyan bertugas di Jl. Wonosari.
Setiap hari
kami selalu bertemu untuk mengumpulkan harta-harta rampasan itu. Kemudian
disetor kepada Abu Mansur al-Sunguty (ajudan guru kami) untuk dijual. Setiap
hari pula Abu Mansur melaporkan jumlah uang yang didapatkan hari-hari
sebelumnya. Kemudian 50% diberikan untuk kepentingan dakwah, 25% untuk
dibagikan kepada kami, dan 25% sisanya adalah uang keamanan yang disetorkan
kepada oknum polisi. Sekali lagi, oknum polisi yang setiap hari selalu datang
ke rumah guru kami. Dan kami tentu sangat senang pada polisi yang mendukung
dakwah kami ini.
***
Malam minggu
yang dingin. Jam 00.15 WIB, aku dan Abu Hamid siap beraksi. Aku membawa motor
Jupiter, tentu membawa pedang. Sedangkan Abu Hamid mengendarai motor Vario
warna putih. Ia menyanggul celurit di punggungnya. Kami sama-sama memakai
masker berwarna putih dan helm berwarna hitam. Kami melaju menuju Jl. Jenderal
Sudirman. Kami berdiam di sebuah tikungan yang gelap dan sepi.
Bulan di
angkasa terlihat muram. Awan-awan tipis digesek angin. Rasanya cuaca semakin
dingin. Namun tidak satupun ada orang melintas sendirian yang dapat kami jadikan
korban. Kami masih bersabar menunggu, siapa tahu tuhan berpihak pada para begal.
Satu jam
kemudian, terlihat sorot lampu dari arah timur. Nampaknya ada sebuah motor yang
hendak melintas. Kami sama-sama menghidupkan motor, tentu lampu motor kami
matikan. Bunyi mesin terdengar meninggi. Sepertinya sang pengendara memacu
motornya dengan kecepatan tinggi. Abu Hamid bersiap-siap. Ia mengeluarkan
celuritnya dan menggantungkan di motornya.
“Ghanimah!”
“Ho’oh!
Segera dapatkan.”
Begitu melesat
dengan kecepatan tinggi. Aku memacu motorku. Abu Hamid pun memacu motornya. Kami
mengejar pengendara motor perempuan itu. Entah dari mana perempuan itu
malam-malam di malam minggu? Abu hamid segera menyalip dan memposisikan
motornya di depan motor perempuan itu. Aku memposisikan motorku berada di
sampingnya. Aku melambaikan tangan, meminta perempuan itu untuk berhenti.
Perempuan itu
seperti mencari celah, seperti ingin menyalip kami. Karena ia tak hendak
berhenti. Akhirnya, kuarahkan kaki untuk menerjang bagian kanan motor Varionya
yang berwarna hitam.
Brakkkk!!!!
Perempuan itu
terpelanting dari motornya ke samping kiri. Sementara motornya terlihat
bergulung-gulung sejauh 15 meter. Kami segera berhenti dan mendongkrak motor
kami. Abu Hamid merampas tas dari perempuan itu. Kemudian segera mendekati
motornya. Ia mengambil kontak dan membuka sadelnya, barangkali ada
barang-barang berharga yang bisa dibawa. Sementara aku mengelupasi
perhiasan-perhiasannya.
Lengan
perempuan itu berdarah. Tampak tak bergerak. Tetapi nadinya masih berdetak.
Setelah kami
mendapatkan tas yang tentu di dalamnya berisi dompet dan
perhiasan-perhiasannya, mulai anting, gelang, dan cincin. Kami memindahkan
motor ke dekat tubuh perempuan yang terkapar itu. Kemudian kami segera pergi.
Kami memutuskan untuk segera kembali ke rumah kami. Lalu siapa yang menolong
perempuan itu? Entahlah!
***
Aku memilih menjadi begal. Inilah keputusan
terbesar dalam hidupku. Bukan karena aku butuh uang, bukan karena aku kepepet,
tapi ini sebuah pilihan mulia sepanjang hidupku. Jika kamu berminat mengikuti
langkah mulia ini, segeralah datang ke rumahku di Jl. Matrawang No. 29 Bantul
atau silahkan inbox ke emailku: begalbantul@yahoo.co.id.
Jangan lupa sertakan kontak person, biar aku mudah menghubungimu.
Yogyakarta,
17 Maret 2015
Sumber Gambar : https://ilustrasiceritasurosenarobotik.files.wordpress.com/2013/02/boris_vallejo_desktop_1306x1330_hd-wallpaper-542171.jpg
Kalo daftar jadi begal cinta bisa mas? Sayfullan al-damkki ya nama penanya hehehe
ReplyDeleteboleh mas ipul, tapi nggak boleh saru lho yaa, hehehehe
DeleteIpul, kamu minta begal sama Duo Srigala aja..haaa
ReplyDeleteoh iyaaa, begal Duo Srigala vibrasinya dahsyat..hehe
ReplyDelete