Home » » Dosa-Dosa Media Massa

Dosa-Dosa Media Massa

Diposkan oleh damar pada Saturday, May 23, 2015 | 5:37 AM

dosa medi
Sumber Gambar: banjarkuumaibungasnya.blogspot.com
Oleh : Anton Prasetyo*

Independensi media massa saat ini tak lagi kentara. Banyak media massa –yang selama ini telah dipercaya masyarakat– menyuguhkan berita sesuai dengan kepentingan sebagian pihak. Parahnya, kondisi ini bukan hanya terjadi pada salah satu di antara media massa elektronik ataupun cetak saja, melainkan kedua-duanya.

Keberadaan media massa yang hanya mengutamakan kepentingan sebagian pihak seperti ini menjadi masalah besar di dalam masyarakat. Berita yang ada di masyarakat menjadi simpang siur. Kenyataan ini bermunculan jauh hari sebelum pelaksanaan pemilihan umum presiden (pilpres), 9 Juli 2014 lalu. Saat itu, terdapat sebagian media massa yang selalu mengunggulkan pasangan Jokowi-JK dengan sedikit mengekspose kelebihan lawannya. Sebaliknya, ada pula media massa yang menampilkan keunggulan pasangan Prabowo-Hatta jauh di atas penayangan lawannya.

Kenyataan ini terus berlanjut hingga pelaksaan pilpres yang sempat menegangkan kedua pendukung setia. Dilanjutkan dengan berita terkait kebijakan kenaikan harga BBM pada 17 November 2014, penurunannya pada awal tahun 2015, hingga saat ini, pemilihan calon tunggal Kapolri Budi Gunawan. Dalam berita tersebut, antara satu media dengan media lainnya banyak yang tidak seragam. Di media cetak, meski tema yang disuguhkan pada headline serta tajuk setiap media banyak yang sama, namun judul dan isi beritanya banyak perbedaan.

dosa media
Sumber Gambar: suakaindonesia
Keberadaan beberapa media massa yang sudah banyak dipengaruhi oleh kepentingan sebagian pihak tidak menjadi masalah bagi pembaca ataupun pemirsa terpelajar. Mereka sudah mengetahui media-media yang benar-benar memberitakan sesuai dengan kaidah pemberitaan atau media-media yang menyuguhkan berita berdasar kepentingan sebagian pihak. Di samping itu, mereka juga bisa memilih dan memilah informasi penting dan yang bermuatan politik.

Kendati demikian, yang menjadi permasalahan adalah tidak semua masyarakat Indonesia adalah terpelajar. Di pelosok pedesaan masih banyak warga yang tidak terpelajar daripada yang terpelajar. Mereka yang rata-rata memiliki televisi tidak bisa membedakan antara berita yang murni informasi atau berita bermuatan politik. Mereka juga yang kadang-kadang menemukan lembaran media cetak akan menjadikan tulisan yang ada sebagai sumber informasi yang sangat dipercaya. Tak peduli apakah koran tersebut bermuatan politik atau bahkan sekadar koran kriminal.

Dengan adanya suguhan produk media massa di bawah cengekeraman kepentingan inilah masyarakat awam akan menjadi tersesat. Kesesatan informasi yang didapatkan akan mempengaruhi pola pikir serta tindakan yang sangat berpengaruh pada kehidupan diri, keluarga, lingkingan, bahkan bangsanya.

Dikarenakan pembuatan berita bermuatan politik merupakan tindakan yang disengaja, dosa-dosa harus ditanggung pihak media massa. Dengan adanya uang, pertanggungjawaban terhadap hukum di dunia dimungkinkan bisa dinegosiasi. Pun begitu, negosiasi terhadap pengadilan Tuhan tak mungkin akan dilaksanakan. Dan, pengadilan Tuhan bisa saja ditimpakan di akhirat atau bahkan di dunia dan akhirat.

Kenyataan ini sebenarnya bukan hal yang baru. Dalam agama disebutkan bahwa harta, wanita, dan tahta merupakan tiga perhiasan dunia yang sangat memesona. Dengan hiasan ketiganya, seseorang akan hidup dengan “gagah”nya. Dalam pada itu, media massa dengan berita bernuasa politis merupakan tangga untuk mencapai kesempurnaan ketiganya. Pun begitu, harus diingat, ketiganya merupakan godaan yang mampu menjerumuskan manusia ke dalam jurang yang paling dalam. Wallahu a’lam.


•    Penulis Lepas, tinggal di Yogyakarta


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment