Home » » Selamat Menempuh Kesunyian Puisimu, Arkitan

Selamat Menempuh Kesunyian Puisimu, Arkitan

Diposkan oleh damar pada Tuesday, June 23, 2015 | 2:25 AM

Obituari Arkitan Dahhan
Oleh : Ahmad Muchlish Amrin

di penghujung malam
aku melintasi jalan
jalan panjang menuju sepimu

di pinggiran batu-batu tajam siap nerkam
dan bebunyian masa lampau bersahutan
tapi aku pantang
segala yang datang kucatat sebagai kawan


Seperti puisimu yang berjudul Tadarus Perjalanan, di penghujung malam kau benar-benar melintasi jalan, kawan. Kau melintasi satu babak perjalanan, menuju babak lain yang lebih abadi dan sunyi. Masihkah kau memintal kata-kata untuk kau melanjutkan puisi-puisimu yang berlum selesai?

Puisi bagimu adalah jalan hidup. Itulah sebabnya, bermalam-malam dan berhari-hari kau tersuruk diantara buku-buku filsafat, sastra, dan agama. Itulah sebabnya pula, kau selalu menjadi pendiam, perenung, dan sangat hemat berkata-kata. Kau rupanya benar-benar menjalani jalan puisimu sendiri atau puisimu sedang menjalani jiwamu?

Kau memang sangat kuat dan pantang menyerah pada apa dan siapa pun yang membuatmu gelisah. Kau selalu melawan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan warna jiwamu. Tetapi “pantang” dan “perlawanan”mu bukanlah perlawanan arogansi layaknya pendemo atau tukang sweeping berjenggot itu. Pantang dan perlawananmu atas batu-batu tajam yang menerkam itu kau jalani dengan persahabatan, per-kawan-an, dan rasa damai.

Selasa, 23 Juni 2015 ini menjadi hari yang sakral bagi puisi-puisimu, kawan. Meski ruh terangkat dari tubuhmu, kawan.  Tapi nafas puisi-puisimu tetap akan hidup, dan menjalani nasibnya melampaui nasibmu. Melangkahlah dengan tenang:

meski bulan di pancung awan
langkahku tetap tenang
sebab kulihat bekas jejak kaki kita
cemerlang
persis seperti yang kau kata sebelum pisah

namun baru sekarang aku sadar
percakapan kita di persimpangan jalan
lebih terang dari segala bulan
percakapan itu adalah satu jiwa yang tertahan

Kini, kau benar-benar telah memasuki sebuah ruang, di mana perkacapan tidak lagi dibutuhkan melalui bibirmu, melainkan jiwamu. Dan kini kau sepenuhnya menjadi jiwa yang selalu lebih terang dari pada bulan. Selamat jalan kawan. Semoga apa yang telah kau perbuat, diterima di sisi-Nya. Dan segala kekhilafanmu diampuni oleh-Nya. Penyakit TBC-mu hanya alasan-Nya di saat-saat Dia lebih mencintaimu.***(fiq)  


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment