Home » » Gawai dan Pendidikan Anak

Gawai dan Pendidikan Anak

Diposkan oleh damar pada Tuesday, June 2, 2015 | 10:55 PM

Oleh: Imron Mustofa*
pendidikan anak
Sumber Gambar: ilustrasinet

Kemajuan teknologi telah mampu mengubah pola hidup masyarakat. Terbukti dengan semakin menjamurnya pengguna gadget ataupun perangkat elektronik lainnya, baik kalangan bawah, menengah, apalagi atas. Tentu, ini mengindikasikan bahwa masyarakat kian maju dan terbuka pikirannya untuk menerima segala informasi. Kemudahan mengakses informasi melalui gadget atau ponsel pintar ini sangat menguntungkan masyarakat. Namun, juga menjadi ‘senjata makan tuan’ jika tak bijak dalam menggunakannya.

Penggunaan gadget begitu massif di masyarakat. Bahkan, gadget terbukti mampu mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat. Tak terkecuali dalam hal mendidik anak. Kini, banyak orang tua menggunakan gadget sebagai media mendidik anak. (Baca juga: Pendidikan Sebagai Aset Strategis Bangsa; Nalar Nasionalisasi Pendidikan)

Misalnya, karena orang tua disibukkan dengan pekerjaan, sebagai alternatif, anak dibelikan gadget. Tentunya, anak bukan main senangnya ketika mendapat fasilitas perangkat canggih ini. Berbagai fitur menarik, misalnya game menjadi pilihan favorit anak-anak usia dini.

Hasil penelitian di Amerika menyebutkan, bahwa kian hari jumlah pengguna gadget dari kalangan anak usia dini bertambah pesat. Anak dengan usia dua tahun, yang menggunakan gadget mencapai 26 persen dan di usia empat tahun mencapai 38 persen jumlahnya. Ironisnya, hanya 30 persen orang tua yang melakukan diskusi terkait penggunaan gadget pada anak mereka dengan masing-masing dokter anak.

Minimnya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak juga menjadi salah satu penyebab utamanya. Karena malas menangani anak yang ‘hiperaktif’, misalnya, orang tua menggunakan gadget sebagai alat agar anak tersebut bisa tenang. Hal ini diperparah dengan tak adanya pengawasan dari orang tua. Sehingga, kerap sang anak berinteraksi dengan gadget dalam waktu yang lama.

Interaksi anak dengan gadget yang berlebih, tentu berdampak pada keterampilannya dalam bersosial. Karena terbiasa berkelana di dunia maya, anak kurang mampu mengenali lingkungan dan orang-orang sekitar. Sehingga, anak merasa terasing di lingkungan masyarakat, atau lingkup kecil, keluarga. Selain itu,  juga mengganggu kemampuan anak untuk fokus pada pelajaran di sekolah ataupun kegiatan lainnya. Ini berdampak pada prestasi anak, baik secara akademik, sosial, maupun psikomotorik.

Ketentuan penggunaan gadget

Melihat begitu banyak dampak negatif penggunaan gadget pada anak usia dini, orang tua perlu pertimbangan. Kurang bijak kiranya jika hanya karena alasan sibuk bekerja, orang tua merelakan anaknya untuk ‘dididik’ gadget. Namun di sisi lain, tak baik juga jika orang tua melarang anak menggunakan gadget, mengingat semakin pentingnya informasi di masa kini.

Maka, agar anak tak terlena dengan kemajuan teknologi, tapi juga bisa mengikuti arus informasi, perlu adanya batas diperbolehkannya anak menggunakan gadget. Barangkali apa yang diterapkan oleh Negara tetangga kita, Taiwan, bisa dijadikan referensi.
pendidikan anak
Sumber Gambar: pekanbaru.co

Kebiasaan orang tua Taiwan menenangkan anak cerewet menggunakan gadget, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan baru. Pemerintah membuat aturan yang melarang penggunaan perangkat elektronik pada anak di bawah usia dua tahun. Untuk anak 18 tahun, juga diberlakukan larangan untuk menggunakan media digital dalam waktu lama. Adapun jika ada orang tua yang mengabaikan aturan ini, dikenai denda maksimal Rp 20 juta jika anak menjadi sakit (baik fisik maupun mental) lantaran penggunaan alat elektronik.

Meski aturan ini memiliki kelemahan, yaitu kesulitan pemerintah dalam memantau siapa saja yang melanggar: dengan memasang alat pelacak di setiap gadget. Karena membutuhkan biaya cukup besar. Akan tetapi, sangat sesuai jika diterapkan dalam lingkup keluarga.

Orang tua bisa memaksimalkan pola asuh anak berbasis lingkungan. ‘Membebaskan’ anak agar bisa mengekspresikan diri melalui pengalaman-pengalaman di lingkungan keluarga dan masyarakat. Tak perlu anak di usia dini  diberikan fasilitas gadget, sekalipun alasannya agar anak bisa mengikuti perkembangan zaman.

Jika anak dirasa sudah perlu memiliki gadget, orang tua harus siap untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaannya. Bisa dengan membuat jadwal, kapan anak bermain gadget, berinteraksi dengan orang lain, dan belajar. Dengan demikian, selain anak tak tertinggal dalam hal teknologi-informasi, juga memiliki keahlian untuk bersosial.


Imron Mustofa, Peneliti di Garawiksa Institute, Yogyakarta.


Artikel Terkait:

0 comments :

Post a Comment