Maut Menyandang Air Mata
Tangan terkepal
Menyaksikan pembebasan tawanan tahun 1945
Ototku menegang tak terasa nafas tertahan
Ketika tulang-tulang berbalut kulit di keluarkan dari kamp
Aku seperti di jejalkan bersama orang-orang
Di sebuah ruangan, gelap
Anak-anak tak berdosa dilempar, terkapar
Wajah tampak pucat
Bertanya-tanya dalam hati
Apa yang bakal terjadi nanti?
Paru-paru terbakar
Daun-daun gugur
Mata mendelik, mendengus,
Dan tangan-tangan mencakar dinding
Perlahan melepas genggaman
Suara mulai senyap
Maut menyandang air mata
Jombang selasa, 12-05-2015
Duduk Tenang Adalah Luka
Sebelum waktu tinggal sejarah
Terbanglah setinggi mungkin
Kalau pun terjatuh bukan penyesalan
Duduk tenang adalah luka
Biarkan keringat mengucur di paruh waktu
Sebab itu kebahagiaan yang kau tunggu
Lalu apa yang akan dilakukan
Untuk menimbang segala kemungkinan?
Jika berdiri di bawah langit
membiarkan matahari membakar
Lantas,
Apakah Awan dan langit iba,
Menurunkan hujan padamu?
Tidak!
Jombang selasa, 12-05-2015
Putri salju
Ayah menginginkan ibu tiri terhadapku.
Aku tak menginginkannya
Karena ayah aku tersiksa
Telantar di hutan rimba
Padahal aku tak pernah bermimpi
Dalam jurang kesedihanku
Aku menangis dalam tawanya
O, ayah! Bisakah kau lihat senyumku yang beku?
Ini bukan bahagia ini air mataku ayah!
kurcaci benarkah kau datang?
Membawa sebilah Ketenanganku
O, kurcaci kau datang dengan cinta
Kurcaci rindu
Kurcaci senyuman
Kurcaci teman
O, kau bawa pangeran itu padaku
Bahagianya diriku.
Jombang selasa, 12-05-2015
Masrodi Uhibbu, penyair kelahiran Sumenep Madura. Kini melanglang buana di Yogyakarta. Aktif di Garawiksa Institute.
Tangan terkepal
Menyaksikan pembebasan tawanan tahun 1945
Ototku menegang tak terasa nafas tertahan
Ketika tulang-tulang berbalut kulit di keluarkan dari kamp
Aku seperti di jejalkan bersama orang-orang
Di sebuah ruangan, gelap
Anak-anak tak berdosa dilempar, terkapar
Wajah tampak pucat
Bertanya-tanya dalam hati
Apa yang bakal terjadi nanti?
Sumber Gambar: cerpenborneo.wordpress.com |
Daun-daun gugur
Mata mendelik, mendengus,
Dan tangan-tangan mencakar dinding
Perlahan melepas genggaman
Suara mulai senyap
Maut menyandang air mata
Jombang selasa, 12-05-2015
Duduk Tenang Adalah Luka
Sebelum waktu tinggal sejarah
Terbanglah setinggi mungkin
Kalau pun terjatuh bukan penyesalan
Duduk tenang adalah luka
Biarkan keringat mengucur di paruh waktu
Sebab itu kebahagiaan yang kau tunggu
Lalu apa yang akan dilakukan
Untuk menimbang segala kemungkinan?
Jika berdiri di bawah langit
membiarkan matahari membakar
Lantas,
Apakah Awan dan langit iba,
Menurunkan hujan padamu?
Tidak!
Jombang selasa, 12-05-2015
Putri salju
Ayah menginginkan ibu tiri terhadapku.
Aku tak menginginkannya
Karena ayah aku tersiksa
Telantar di hutan rimba
Padahal aku tak pernah bermimpi
Dalam jurang kesedihanku
Aku menangis dalam tawanya
O, ayah! Bisakah kau lihat senyumku yang beku?
Ini bukan bahagia ini air mataku ayah!
kurcaci benarkah kau datang?
Membawa sebilah Ketenanganku
O, kurcaci kau datang dengan cinta
Kurcaci rindu
Kurcaci senyuman
Kurcaci teman
O, kau bawa pangeran itu padaku
Bahagianya diriku.
Jombang selasa, 12-05-2015
Masrodi Uhibbu, penyair kelahiran Sumenep Madura. Kini melanglang buana di Yogyakarta. Aktif di Garawiksa Institute.
Puisinya bagus.. diksi-diksi yang digunakan juga tepat
ReplyDeletetanks
ReplyDelete